Toga Kemenangan
Tantangan sesungguhnya bukan hanya meraih kemenangan, tetapi mempertahankan nilai-nilai Ramadan dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh Bachtiar Adnan Kusuma
HARI ini, Ahad, tepat 30 Maret 2025 atau 30 Ramadan 1446 Hijriah, hari terakhir puasa umat Islam Indonesia. Pada Senin, 31 Maret 2025, kita akan menyambut Idulfitri sebagai Hari Kemenangan setelah umat Islam menunaikan ibadah puasa selama 30 hari.
Siapa yang berhak diwisuda atas kemenangan yang telah dicapai karena berhasil menunaikan 30 hari puasa di bulan Ramadan, plus menjalankan amalan sunnah Ramadan? Para pemenangnya berhak meraih Toga Kemenangan.
Penulis menegaskan kembali bahwa Ramadan memiliki tiga pilar yang menjadikan seseorang berhak memegang Toga Kemenangan.
Pertama, prolog Ramadan, yakni malam pertama hingga malam kesepuluh yang merupakan tahap pendahuluan dengan segala pernak-pernik ujiannya.
Kedua, pembahasan Ramadan, yaitu masa menikmati Ramadan dengan segala ujian dan tantangannya.
Ketiga, epilog Ramadan, yang ditutup dengan itikaf sebagai manifestasi pencapaian prestasi Ramadan. Ujungnya adalah meraih dan merebut Toga Kemenangan, yaitu ketakwaan.
Bagaimana mempertahankan segala prestasi ketakwaan kita selama Ramadan 1446 Hijriah? Penulis menegaskan kembali dalam Ceramah Itikaf, Prolog, dan Toga Kemenangan yang disampaikan di Masjid Anny Mujahidah Rasunnah, Sabtu, 29 Maret 2025, bahwa ungkapan yang menyebutkan bahwa mempertahankan lebih sulit daripada meraih adalah benar. Sebab, mempertahankan membutuhkan perjuangan yang jauh lebih berat daripada sekadar meraihnya.
Kuncinya adalah sikap konsisten dan konsistensi dalam mempertahankan apa yang telah diraih dan diperjuangkan di bulan Ramadan.
Mempertahankan sesuatu yang telah diraih dengan susah payah bukanlah perkara mudah. Ada yang tidak mampu mempertahankannya, meskipun telah berjuang penuh pengorbanan. Namun, ada pula yang berhasil mempertahankan pencapaiannya dengan rasa bangga dan kepuasan dalam dirinya. Sebaliknya, bagi yang gagal atau belum bisa mempertahankan apa yang telah diraih, akan muncul rasa kecewa yang mendalam dan penyesalan.
Apa yang kita pertahankan saat ini?
Yang kita pertahankan tidak lain adalah apa yang telah kita raih selama satu bulan penuh di bulan Ramadan. Pencapaian itu harus tetap dijaga setelah Ramadan berakhir.
Keberhasilan Ramadan diukur dari sejauh mana implementasi nilai-nilai Ramadan dapat diwujudkan di luar bulan suci ini. Misalnya, di bulan Ramadan kita mampu menahan hawa nafsu, mengendalikan diri, menutup aurat dengan pakaian yang lebih tertutup bagi wanita, mengerjakan salat di awal waktu, melaksanakan salat lail, membaca Al-Qur’an, bersedekah, dan berbagi dengan sesama.
Akhirnya, Ramadan akan meninggalkan kita, dan kita akan menyambut 1 Syawal 1446 Hijriah. Perjuangan mempertahankan nilai-nilai yang telah kita raih selama madrasah Ramadan dimulai saat ini dan berlangsung hingga sebelas bulan ke depan, sampai kita bertemu kembali dengan Ramadan yang akan datang.
Selamat meraih dan merebut Toga Kemenangan di 1 Syawal 1446 H. Mohon maaf lahir dan batin. []
Bachtiar Adnan Kusuma. Penulis adalah Kepala Badan Nasional Literasi Labbaik IKA BKPRMI, Ketua GPMB Maros.
Penulis: Bachtiar Adnan Kusuma
Editor: Muhammad Subhan