PADANG PANJANG, Majalahelipsis.id — Gala Teater yang digelar oleh Program Studi Seni Teater ISI Padangpanjang pada 10–12 Oktober 2025 akan menampilkan sejumlah pertunjukan teater dan workshop.

Pada Jumat, 10 Oktober 2025, dua pertunjukan akan digelar, yakni “Migrasi Perempuan” karya dan sutradara Wen Hendri, serta “The Ballad of Sumarah” yang disutradarai oleh Enrico Alamo.

Selanjutnya, pada Sabtu, 11 Oktober 2025, akan tampil delegasi dari UPSI Malaysia dengan pertunjukan bertajuk “Jebat”, serta pertunjukan “Pintu” karya dan sutradara Yusril.

Sementara pada Minggu, 12 Oktober 2025, akan digelar pertunjukan “Terbuang dalam Waktu”, saduran bebas dari “Nyanyian Angsa” karya Anton P. Chekhov, disutradarai oleh Ravi Razak dari Teater Balai Bukittinggi.

Gala Teater akan ditutup dengan pertunjukan kolaborasi antara ASWARA Malaysia dan Prodi Teater ISI Padangpanjang. Hal itu disampaikan Koordinator Publikasi Gala Teater, Dr. Sulaiman Juned, M.Sn., pada 9 Oktober 2025.

Salah satu karya yang menarik perhatian dalam ajang ini adalah monolog “The Ballad of Sumarah” karya Tentrem Lestari, disutradarai oleh Enrico Alamo, dan dibawakan oleh Ghea Nabila Athifa.

Menurut Enrico Alamo, pertunjukan monolog ini mengangkat kisah tragis seorang tenaga kerja wanita (TKW) asal Indonesia di Arab Saudi yang menghadapi hukuman mati setelah mengalami berbagai bentuk kekerasan dari majikannya.

“The Ballad of Sumarah tidak hanya menceritakan penderitaan seorang TKW, tetapi juga menjadi refleksi sosial terhadap kondisi politik dan kemanusiaan di Indonesia,” jelas Enrico.

Sumarah, tokoh utama dalam pementasan ini, digambarkan sebagai sosok cerdas dan berpendidikan. Namun, karena bayang-bayang masa lalu keluarganya di tahun 1965, ia tersingkir secara sosial dan akhirnya memilih bekerja ke luar negeri, di mana ia mengalami perlakuan tidak manusiawi hingga akhirnya melakukan perlawanan.

Enrico menjelaskan bahwa proses persiapan pertunjukan telah dilakukan sejak Juli, dimulai dari perekrutan tim dan diskusi naskah hingga latihan intensif pada Agustus dan September.

“Kami menyiapkan set, pola lantai, blocking, dan keaktoran secara menyeluruh agar penampilan nanti dapat diapresiasi dengan baik oleh penonton,” tuturnya.

Lebih lanjut, Enrico menambahkan bahwa The Ballad of Sumarah juga menjadi bentuk kritik terhadap pandangan sosial dan politik di Indonesia.

“Kita harus mawas diri bahwa tidak semua orang mendapat kesempatan yang sama. Banyak yang terhalang oleh stigma dan kondisi politik yang tidak adil,” ujarnya.

Menariknya, The Ballad of Sumarah direncanakan akan dibawa ke panggung internasional. Enrico mengungkapkan bahwa pihaknya telah menyiapkan versi bahasa Inggris dari naskah serta trailer yang juga diterjemahkan.

“Rencananya akan kami pentaskan di luar negeri agar pesan kemanusiaannya dapat menjangkau audiens yang lebih luas, karena bahasa Inggris bersifat universal,” pungkasnya.

Penulis: Adrian/Kay

Editor: Muhammad Subhan

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan