Tahun yang Berganti dan Segala yang Diperbarui

Selamat tinggal, tahun 2024. Kau bukan sekadar angka yang berlalu, tapi sebuah cerita yang penuh warna.

Oleh Muhammad Subhan

SELAMAT datang, tahun baru 2025. Namun, sejatinya, adakah yang benar-benar baru?

Waktu terus berjalan, detik-detik berdetak tanpa henti, seperti ombak yang tak lelah menghempas pasir pantai.

Tahun hanyalah bilangan yang bertukar rupa; tak lebih dari pengingat bahwa usia kita semakin berkurang. Dalam penanggalan yang berpindah ini, kita mendapati diri kita memikul perjalanan yang tak lagi ringan. Ingatan akan suka dan duka menyatu seperti aliran sungai yang membawa puing-puing kehidupan menuju muara yang tak kita ketahui.

Di mana akhir itu? Kita tak pernah benar-benar tahu.

Selamat tinggal, tahun 2024. Kau bukan sekadar angka yang berlalu, tapi sebuah cerita yang penuh warna. Banyak yang telah dihadapi, dijalani, bahkan diselesaikan. Ada hari-hari di mana matahari terasa begitu dekat, menghangatkan jiwa. Ada pula malam-malam yang panjang, di mana gelap terasa begitu tebal hingga kita hampir kehilangan arah.

Tetapi bukankah hidup memang begitu?

Kehidupan adalah perulangan dari perjuangan dan penerimaan, dari mimpi dan kenyataan.

Tahun 2024 mengajarkan banyak hal, menorehkan pelajaran di hati yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang sabar membaca bab-babnya.

Di setiap pergantian tahun, harapan menyala kembali, seperti lilin kecil yang menyala di tengah angin. Tahun 2025 membawa mimpi untuk lebih produktif. Karya-karya diharapkan mengalir seperti air yang tak pernah kering. Peluang kerja sama, terutama di dunia sastra dan literasi, semoga semakin terbuka. Di era ini, di mana teknologi digital menjadi ladang baru, harapannya adalah mampu memanfaatkannya sebagai alat, bukan beban. Branding, promosi, atau bahkan sekadar menyampaikan gagasan kini memiliki jangkauan yang tak terbatas.

Dunia digital telah memberikan panggung yang luas, tetapi apakah kita sudah siap menjadi aktor yang memukau di atasnya? Ataukah kita hanya menjadi bayangan yang tersisih di sudut panggung?

Menapaki jalan kepenulisan adalah memilih jalur yang tidak selalu terang. Lebih dari empat puluh tahun melangkah di dunia ini, setiap penulis—saya salah seorangnya—tahu bahwa jalan ini tidak selalu mudah. Ada malam-malam panjang yang dihabiskan di depan kertas kosong, menanti kata-kata yang tak kunjung datang. Ada rasa frustrasi saat karya ditolak atau tak dihargai. Namun, di balik semua itu, ada kebahagiaan yang tak tergantikan. Kebahagiaan menemukan bahwa kata-kata memiliki daya, bahwa sastra adalah jembatan yang menghubungkan hati dengan hati. Jalan ini adalah jalan yang telah membawa jiwa melampaui batas-batas yang tak terlihat. Ia bukan hanya soal tulisan; ia adalah soal menemukan diri.

Namun, perubahan zaman menuntut keberanian untuk berubah. Dunia tidak lagi seperti dulu; ia terus berlari, meninggalkan mereka yang ragu untuk melangkah. Teknologi digital, yang dulu hanya seperti bayangan, kini menjadi cahaya terang. Ia adalah alat yang mampu mempercepat langkah, membuka peluang, dan memperluas jangkauan.

Tetapi teknologi juga adalah godaan. Godaan untuk kehilangan arah, untuk terlalu sibuk mengejar angka-angka kosong yang terlihat di layar.

Di sinilah ujian terbesar berada: bagaimana tetap setia pada nilai-nilai yang mendasar di tengah dunia yang terus berubah.

Maka, tahun baru bukan hanya soal angka-angka yang berganti, melainkan soal keberanian untuk melangkah lebih jauh. Tahun baru adalah kesempatan untuk melihat kembali mimpi-mimpi lama yang tertinggal di sudut ingatan. Ia adalah waktu untuk kembali menata langkah, memperbaiki yang rusak, dan memulai yang baru. Ia adalah ruang untuk menyadari bahwa waktu adalah sahabat sekaligus musuh. Ia berjalan tanpa henti, memberikan kita kesempatan, tetapi juga mengingatkan kita bahwa setiap kesempatan ada batasnya.

Di penghujung malam, menjelang angka 00.00, tadi malam, disambut letupan mercon dan kembang api yang merobek sunyi, di awal tahun yang baru, mari kita berjanji pada diri sendiri. Berjanji untuk lebih berani bermimpi, lebih teguh melangkah, dan lebih bijak memanfaatkan setiap peluang yang ada.

Mari kita lihat masa lalu sebagai pelajaran, masa kini sebagai kesempatan, dan masa depan sebagai mimpi yang harus dikejar.

Tahun 2025 adalah kertas kosong yang menanti ditulisi. Tetapi ingatlah, apa yang akan tertulis di sana bukanlah soal tinta atau pena yang kita gunakan. Ia adalah soal keberanian untuk menuliskan apa yang benar-benar berarti.

Pada akhirnya, hidup bukan tentang apa yang kita miliki, tetapi tentang apa yang kita berikan. Dunia tak akan peduli pada angka-angka di rekening atau pujian-pujian kosong yang kita terima. Dunia akan mengingat jejak yang kita tinggalkan, kata-kata yang kita sampaikan, dan hati yang kita sentuh. Selamat datang, tahun 2025.

Semoga kita semua mampu menjadi insan yang sabar, mewarnai hidup ini dengan cinta, harapan, dan keberanian.

Penulis: Muhammad Subhan

Editor: Ayu K. Ardi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan