Oleh Sakirman

KEJUJURAN adalah suatu perbuatan menyampaikan suatu perkataan atau perbuatan dengan apa adanya, tanpa menambah-nambah, atau mengurangi hal tersebut. Namun, kejujuran adalah hal yang paling sulit ditemukan pada zaman sekarang. Mulai dari golongan rakyat biasa maupun pemerintah. Kejujuran sebenarnya juga sulit diterapkan apabila biasa berbohong, tapi tidak dengan seorang guru Matematika ini, namanya Pak Zakaria.

Pak Zakaria adalah seorang guru Matematika yang mengajar di Kota Surabaya. Ia sudah lama menjadi guru di sana. Akan tetapi, siswa-siswi yang diajarkannya sangat sedikit yang memperoleh nilai di atas KKM. Hal itu membuat atasan Pak Zakaria sering memarahinya bahkan hampir memecatnya karena dianggap kurang becus mengajar.

Berbeda dengan Pak Yanto. Para siswa yang diajarkannya selalu meraih nilai 100. Tidak pernah beranjak dari angka itu. Itu membuatnya disanjung-sanjung oleh kepala sekolah dan guru-guru lain. Sangat jauh dibandingkan Pak Zakaria. Tahun kemarin, Pak Yanto juga menggelar sebagai guru mata pelajaran terbaik karena seluruh anak-anaknya mendapat nilai 100.

Pada suatu hari keduanya dipanggil untuk rapat para guru. Pada rapat itu, kepala sekolah membahas bahwa esok lusa akan diadakan ujian akhir.

“Para Guru, bersiaplah sebentar lagi kita akan menghadapi ujian akhir. Karena itu, tolong siapkan anak-anak agar meraih nilai yang di atas KKM,” harapan kepala sekolah. Lalu ia menoleh kepada Pak Yanto sambil tersenyum.

“Pak Yanto, Bapak selalu bisa membuat anak-anak mendapatkan nilai yang tinggi tanpa ada remedi sedikit pun, hal ini sangat saya apresiasi. Tepuk tangan untuk Pak Yanto!” ujar kepala sekolah. Ruang guru dipenuhi dengan gemuruh tepuk tangan. Pak Yanto tersenyum lebar sekali. Guru yang ada di sebelahnya juga mengucapkan selamat.

“Tapi, permasalahan pada rapat ini selalu terletak pada Pak Zakaria,” kata kepala sekolah. Ruangan tiba-tiba lengang. Semua menoleh kepada Pak Zakaria yang memasang wajah frustasi.

“Pak Zakaria, hal ini terjadi dari tahun ke tahun. Hal ini membuat pendidikan anak-anak kita tidak terasah ketika masuk kuliah nanti. Jika hal ini terjadi sekali lagi, Bapak akan dipecat. Saya tidak akan menenggang lagi. Ini demi kesejahteraan murid-murid di sini!” cetus kepala sekolah dengan nada yang sedikit tinggi.

“Baiklah Pak, saya akan berusaha sebaik mungkin,” ucap Pak Zakaria pelan. Kepala sekolah mengangguk. Rapat itu pun diselesaikan pada saat itu.

Pak Zakaria menghela napas panjang, keluar dari ruangan itu. Ia berjalan lemas menuju ke ruangannya. Di sampingnya, Pak Yanto berjalan. Ia tersenyum kepada Pak Zakaria. Pak Zakaria berhenti.

“Ada keperluan apa?” tanya Pak Zakaria. Pak Yanto tersenyum lalu bertanya.

“Nilai anak-anakmu selalu rendah, ya?” Mendengar itu, Pak Zakaria kembali menghela napas dan mengusap wajah. Pak Yanto menggelengkan kepalanya. Ia pun mendekat ke telinga Pak Zakaria dan membisikkan sesuatu.

“Bapak ingin tahu bagaimana caranya agar nilai murid-murid Bapak tinggi?” tanyanya. Pak Zakaria menoleh ingin tahu. Pak Yanto membisikkan lagi.

“Ini rahasia kita saja, ya. Berterima kasih sama saya karena telah memberitahu Bapak ini. Caranya yaitu, jimat!”

Mendengar itu, Pak Zakaria menjauh dari Pak Yanto. Wajahnya merah padam. “Saya tidak membutuhkan cara itu dari Bapak, lebih baik saya dipecat dari pada menggunakan cara yang tidak jujur seperti Bapak!” cetus Pak Zakaria. Ia pun pergi meninggalkan Pak Yanto sendirian. Pak Yanto memasang wajah masam.

“Dikasih tahu tidak mau dia. Dasar tidak tahu terima kasih!“ Pak Yanto pergi ke ruangannya.

Dua hari setelah itu, hari di saat ujian pertama. Murid-murid SMA 1 bersemangat mengawali hari ini. Semuanya sibuk membuka buku pelajaran. Di sisi lain, di dalam kamar mandi pria, Pak Yanto dan seorang muridnya sedang membicarakan hal yang rahasia. Pak Yanto memberi sebuah kertas kecil yang merupakan kunci jawaban soal hari ini. Ia mengisyaratkan kepada sisiwanya itu agar berhati-hati dan tidak membuka mulut pada siapapun. Siswanya mengangguk dan pergi ke kelasnya.

Bel ujian berteriak nyaring memenuhi seluruh sudut gedung sekolah. Seluruh siswa SMA 1 menegeluarkan peralatan ujian masing-masing. Kertas ujian terhidang di atas meja mereka. Lalu mereka mengisi dengan teliti. Berbeda dengan murid Pak Yanto, mereka secara bergantian menggunakan kunci jawaban yang tadi diberikan oleh salah seorang siswa. Taktik inilah yang digunakan Pak Yanto agar anak-anaknya mendapat nilai yang tinggi. Mereka melakukannya dengan hati-hati. Apabila ada guru yang lewat, mereka seolah-olah mengerjakan soal itu sendiri. Setelah mengerjakan ujian selama 1 setengah jam mereka diperboleh untuk istirahat.

Saat itu Pak Zakaria sedang menyemangati muridnya. Lalu Pak Yanto lewat dihadapannya. Ia tersenyum sinis kepada Pak Zakaria. Ia pun berkata pelan.

“Kita lihat saja siapa yang menang dan siapa yang akan dipecat!”

Pak Zakaria tidak menanggapinya. Ia pun beralih menyuruh anak-anaknya agar belajar sebelum ujian selanjutnya. Bel pun berbunyi lagi. Seluruh anak SMA 1 menghadapi ujian yang kedua. Kecuali anak-anak Pak Yanto. Mereka sibuk bergilir dengan kunci jawaban. Pak Yanto merasa puas dengan apa yang dilakukannya.

Karena sedang fokus menulis jawaban demi jawaban mereka tidak menyadari bahwa kepala sekolah lewat di depan kelas mereka. Pak Yanto pun tidak menyadarinya. Hingga akhirnya, kepala sekolah menemukan kejanggalan pada siswa paling belakang. Ia melihat siswa itu memegang kertas kecil yang berisi kunci jawaban dari Pak Yanto. Ia pun berteriak, masuk ke dalam kelas itu.

“HEH KAMU, SINI! APA YANG KAMU PEGANG? KAMU MENCONTEK, YA?” kepala sekolah mengambil paksa kertas itu. Ia memerhatikan dengan serius. Isinya benar. Itu adalah contekan. Wajah kepala sekolah merah padam. Kemudian ia mengangkat kertas itu tinggi-tinggi,

“SIAPA YANG MEMBERIKAN INI HAH! HEI, KALIAN SEMUA!” bentak kepala sekolah. Suasana tegang. Tidak ada satupun yang berani menjawab. Kemudian kepala sekolah kembali menatap tajam siswa tadi.

“Heh kamu! Kamu bisa dapat ini dari mana? jawab!” bentak kepala sekolah. Siswa itu tidak menjawab dan menunduk. Wajah Pak Yanto mengisyaratkan bahwa ia tidak boleh memberitahu kepala sekolah. Ia sangat cemas.

“Jika kamu tidak ingin beritahu Bapak, maka akan Bapak keluarkan dari sekolah ini!” ancam kepala sekolah. Karena takut mendengar kata-kata kepala sekolah, akhirnya siswa itu mengangkat kepalanya lalu berkata.

“Pak Yanto yang memberikannya, Pak,” ucap siswa itu pelan. Kepala sekolah menoleh ke arah Pak Yanto yang sedang berusaha tersenyum pasrah. Ia sangat marah. Lalu kepala sekolah memerintahkan kepada Pak Yanto untuk menemuinya.

Di Ruang Kepala Sekolah,

Pak Yanto menunduk dalam-dalam melihat selembaran kertas di atas meja yang berisi surat pemecatannya.

“Saya kecewa dengan tingkah laku Bapak, saya benar tidak menyangka kalau seperti itu. Tindakan Bapak telah membuat kemampuan siswa menurun. Tidak akan dimaafkaan!” ucap kepala sekolah tegas.

“Tapi, Pak ….”

“Tidak ada tapi-tapi. Silahkan Bapak keluar dari sini!” bentak kepala sekolah memotong kalimat Pak Yanto. Pak Yanto menghela napas dan keluar dari ruangan itu.

Akhir ujian sudah dilewati, untuk pertama kalinya Pak Zakaria dan anak-anaknya meraih nilai paling tinggi di antara kelas lain, meskipun ada juga yang tak sempurna. Anak-anak Pak Zakaria berulang kali mengucapkan syukur dan terima kasih. Hal itu membuat Pak Zakaria tersenyum lebar. Tiba-tiba kepala sekolah berdiri di samping Pak Zakaria menyadari hal itu, Pak Zakaria cepat-cepat menunduk dan menyalami kepala sekolah.

“Selamat Pak Zakaria! usahakan ke depannya lebih baik dari yang biasanya,” ucap kepala sekolah tersenyum. Pak Zakaria membalasnya dengan terima kasih. Kejujurannya selama ini membuah manis. Tidak sia-sia.

Itulah kejujuran Pak Zakaria dalam usahanya. Sebenarnya, kebohongan hanya memperburuk segalanya. Lambat laun, pasti akan terbongkar juga. Namun sebaliknya, kejujuran adalah mutiara hati yang bisa membuat seseorang semakin lebih baik dan dipercaya oleh orang lain. []

Sakirman. Lahir 19 Oktober 1979 di desa kecil di Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat, tepatnya di Nagari Sungai Jambu. Saat ini berdomisili di Jorong Gunuang Rajo Utara, Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar. Mengajar di SLB Asih Putra Kota Padang tahun 2013-2018. Selama mengajar kerap mendampingi siswa dalam kegiatan literasi, hingga siswanya meraih Juara 1 Lomba Menulis Sinopsis Tk. Provinsi (2018). Meraih Juara 3 se-Sumatra Barat dalam Lomba Guru Berprestasi SLB Tk. Dikmen. Mengajar di SMP Negeri 3 Batipuh Selatan, Kabupaten Tanah Datar.

Penulis: Sakirman

Editor: Ayu K. Ardi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan