Oleh Suria Tresna
Cipa namanya, domba laut bernomor punggung satu. Setiap malam, ia dan teman-temannya memiliki tugas penting: melompati pagar dalam dunia khayalan hewan-hewan laut yang akan beranjak tidur.
Bersama dengan seratus temannya, setiap malam Cipa bertugas di dunia khayalan Buni si ikan buntal. Sayangnya, Buni punya kebiasaan tidur larut malam.
Malam itu, Cipa dan teman-teman sudah menunggu Buni di dunia khayalan sejak jam sembilan malam.
Namun, Buni masih saja asyik bermain di kamarnya.
“Aduh, lama sekali!” keluh Cipa mulai gelisah.
“Whoam… kapan Buni akan tidur? Aku juga sudah sangat mengantuk!” Cipu si nomor dua mulai menguap.
“Aku lelah kalau begini terus! Buni selalu tidur larut malam! Kita terpaksa harus berjaga menunggunya beranjak tidur! Lama-lama seperti ini kita bisa sakit,” lanjut Cipa.
Tiba-tiba Cipu menepuk bahu Cipa.
“Cipa, bangun! Itu Buni sudah berkemas! Sepertinya dia akan segera tidur!”
Cipa yang hampir tertidur buru-buru bersiap.
“Satu…!”
Cipa melompat dengan malas.
“Dua…!”
Cipu melompat sambil menguap lagi.
“Tiga…!”
Giliran Cipo menyusul.
Akhirnya, Buni tertidur setelah domba laut bernomor dua puluh tiga melompat.
*
Malam berikutnya, Buni kembali beranjak tidur setelah jarum jam menunjuk angka dua belas malam. Ini sudah sangat larut. Buni membereskan mainannya, mencuci kaki dan muka kemudian naik ke tempat tidurnya.
Seperti biasa, Buni mulai menghitung.
“Satu…!”
Buni menunggu.
“Satu…?”
Buni mengulang lagi.
“Ke mana domba laut nomor satu?” Tidak ada yang melompati pagar khayalan Buni.
Sementara itu, di dunia khayalan juga terjadi keributan besar. Ke mana Cipa, Si Nomor Satu menghilang?
“Cipa… Cipa… Cipa…!” Semua domba laut sibuk mencarinya.
Tak lama, Cipu datang dengan wajah panik.
“Cipa sakit! Dia terlalu lelah! Mungkin karena selalu menunggu Buni tidur larut malam, tubuhnya terlalu lemas dan tidak sanggup untuk melompati pagar malam ini!” Katanya khawatir.
Semoga saja Buni melanjutkan hitungannya ke angka dua. Kalau dia lanjut, aku bisa melompat dan kalian bisa melanjutkannya!” Harap Cipu. Namun, ternyata Buni tidak pernah melanjutkan hitungannya malam itu.
“Satu… satu… satu…!” Buni terus mengulang-ulang memanggil si nomor satu.
Mengapa domba laut nomor satu itu tidak datang? Buni merasa bingung dan gelisah. Akhirnya, karena kelelahan menunggu, Buni pun tertidur sendiri. Malam itu, seluruh domba laut pulang tanpa perlu bekerja.
Keesokan paginya, Buni tampak lesu dan kurang bersemangat. Ibu yang melihat bertanya.
“Kenapa kau terlihat lelah sekali, Buni?”
“Aku susah tidur semalam, Bu! Domba-domba laut dalam khayalanku tidak datang! Aku menunggu mereka lama sekali!” Jawab Buni sedih.
Ibu tersenyum, “Mungkin mereka kelelahan karena selalu lama menunggumu beranjak tidur!”
Buni terdiam, ia mulai merasa bersalah.
“Benarkah Ibu? Kasihan sekali mereka! Aku tidak mau mereka jatuh sakit! Mulai malam nanti aku akan tidur lebih awal.” Katanya bersungguh-sungguh.
Malam itu hewan-hewan laut yang baru saja datang ke dekat pagar khayalan Buni terkejut.
“Ayo berkumpul semuanya! Cepat-cepat Buni sudah bersiap tidur!” Cipu berteriak kepada teman-temannya yang masih berjalan dengan santai.
“Satu…!”
Cipa yang sudah merasa lebih baik, melompati pagar dengan bersemangat. Buni tersenyum akhirnya dia kembali melihat si nomor satu.
“Dua…., Tiga….”
Malam itu, Buni berhasil menyelesaikan hitungannya sampai seratus sebelum akhirnya benar-benar tertidur! Semua domba laut pulang dengan riang karena kini mereka bisa beristirahat lebih cepat.[]
Domba Laut (Sea Sheep)

(Gambar/ilustrasi diolah menggunakan Bing Image Creator)
Fakta Unik:
Hewan ini merupakan spesies dari siput laut tetapi tidak memiliki cangkang. Hewan ini dapat melakukan fotosintesis seperti tumbuhan. Sea sheep mampu hidup berbulan-bulan tanpa makanan. Hewan kecil ini hanya berukuran 5 sampai dengan 25 milimeter.
Daftar Pustaka:
Sa’adiyah, Amirotus. (2024). “Si Domba Laut Hijau, Mengungkap Keunikan Costasiella Kuroshimae”. Diakses pada 6 Maret 2025 dari www.rri.co.id
Suria Tresna. Seorang ibu rumah tangga yang suka membaca dan menulis. Saat ini aktif belajar di Sekolah Menulis elipsis (SMe) dan Wong Indonesia Menulis (WIN). Beberapa karyanya sudah pernah dimuat media cetak lokal dan media online. Penulis juga telah menulis puluhan buku antologi baik berupa cerita anak, artikel, cerpen, pentigraf, fiksimini, dan senandika.
Gambar ilustrasi diolah oleh tim redaksi Majalahelipsis.id menggunakan teknologi AI.
Ikuti tulisan-tulisan Majalahelipsis.id di media sosial Facebook dan Instagram. Dapatkan juga produk-produk yang diproduksi Sekolah Menulis elipsis seperti hoodie, kaus, atau buku. Khusus pelajar, mahasiswa, dan kalangan umum berstatus pemula yang berminat belajar menulis kreatif dapat mengikuti kelas di Sekolah Menulis elipsis. Hubungi Admin di nomor WhatsApp 0856-3029-582.
Penulis: Suria Tresna
Editor: Ayu K. Ardi