Selamat Menempuh Perjalanan Lorong Usia 55 Tahun, Bang Riri Satria

Kehidupan adalah perjalanan panjang seperti kereta api, penuh fase, kenangan, dan pelajaran. Dalam perjalanan itu, relasi, refleksi, dan pertumbuhan pribadi menjadi bekal menuju makna hidup.

Oleh Emi Suy

WAKTU yang berlalu bagaikan air mata yang hilang, dan semestinya setiap kesedihan menguap. Kehidupan adalah gerbong waktu yang terus bergerak, membawa kita sebagai penumpang menempuh perjalanan melalui lorong-lorong masa depan hingga umur memutih di kepala kita. Kereta api menjadi simbol perjalanan panjang, perubahan, hubungan manusia, dan refleksi diri sendiri. Dalam perjalanan hidup ini, kita akan menjelajahi fase-fase kehidupan yang berbeda, melewati stasiun-stasiun yang melambangkan kegembiraan, harapan, tantangan, dan kejutan yang tak terduga.

Kereta yang melaju membawa kita menuju ke masa depan dengan kenangan dan pengalaman yang tak terlupakan. Mari kita nikmati perjalanan hidup ini dengan hati yang terbuka dan jiwa yang bebas. Dalam setiap langkah yang kita ambil, kita akan menemukan makna dan tujuan hidup kita, merefleksikan pengalaman-pengalaman kita, dan mempelajari dari kesalahan-kesalahan kita. Kita akan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik, dengan setiap langkah yang kita ambil menuju ke arah yang lebih baik.

Filosofi gerbong waktu mengajarkan kita bahwa kehidupan adalah perjalanan dinamis yang terus bergerak maju, seperti kereta api yang membawa penumpang dari satu stasiun ke stasiun lainnya. Setiap gerbong melambangkan fase-fase kehidupan yang berbeda, tempat kita mengalami berbagai hal dan bertemu dengan berbagai orang. Kita harus menikmati setiap perjalanan dan tidak hanya fokus pada tujuan akhir, karena di setiap perjalanan kita akan menemukan keindahan dan momen yang tak terlupakan.

Dalam perjalanan hidup ini, kita juga akan berinteraksi dengan manusia yang berbeda-beda. Di dalam gerbong, kita bertemu dengan berbagai orang yang memiliki kisah dan makna tersendiri dalam perjalanan kita. Saat kita turun dari gerbong, kita meninggalkan kenangan bagi orang lain, dan kita juga membawa kenangan dari perjalanan kita. Kereta api hanya bisa berjalan dengan baik jika semua gerbong bekerja sama, begitu juga dalam kehidupan, kita perlu bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan.

Persahabatan adalah mozaik indah yang dibangun dari potongan-potongan kecil yang bermakna. Seperti roller coaster yang naik turun silih berganti, persahabatan kita telah melewati berbagai fase, dari kegembiraan hingga kesedihan, dari pertengkaran hingga rekonsiliasi. Namun, melalui semua itu, kita telah membangun hubungan yang kuat dan bermakna.

Sudah 14 tahun kita saling kenal, walaupun sekitar 8 tahun belakangan kita mengenal dengan baik. Saya sangat beruntung dapat mengenal Bang Riri dengan baik, dan di mata saya, beliau adalah guru sekaligus sahabat yang luar biasa memberi banyak dukungan dengan segala dinamikanya. Kita pernah berdebat sengit seperti sparring partner, namun juga ngobrol santai sambil menikmati kopi.

Bang Riri menerapkan sistem manajemen mutakhir yang baik dan benar dalam komunitas Jagat Sastra Milenia, dengan proses kerja yang efektif dan efisien. Walaupun kadang-kadang beliau ngomel-ngomel, saya belajar banyak tentang manajemen kerja yang baik, terstruktur, serta sistematis.

Di usia ke-55 ini, saya mendoakan yang terbaik untuk Bang Riri. Selamat menempuh perjalanan ke Tanah Suci untuk menjalankan Ibadah Haji, semoga lancar semua dalam perjalanan dan ibadah, semoga mabrur. Mari sama-sama membuka pintu maaf — saling memaafkan satu sama lain — lahir dan batin. Saya juga menghaturkan mohon maaf lahir dan batin atas semua salah dan khilaf.

Semoga Bang Riri senantiasa sehat walafiat, sukses dalam karir dan semua kiprahnya, tetap mendidik anak bangsa, serta diberikan kekuatan untuk menjalankan setiap amanah terutama untuk negara. Jangan lupa BAHAGIA, karena kebahagiaan adalah kunci untuk menjalani kehidupan dengan lebih baik.

Dalam perjalanan hidup ini, kita harus percaya pada diri sendiri dan takdir, serta meluangkan waktu untuk merenungkan perjalanan kita dan tujuan hidup. Dengan demikian, kita akan menjadi pribadi yang lebih baik, siap menghadapi setiap tantangan dan kesempatan yang datang di masa depan.

Selamat ulang tahun sekali lagi, Bang Riri! Semoga perjalanan hidup Abang terus berlanjut dengan penuh makna dan kebahagiaan. Saya yakin benar bahwa Bang Riri Satria adalah sosok yang memberikan ruang untuk mewujudkan mimpi, baik mimpi para mahasiswa di ruang kelas, hingga mimpi-mimpi para penyair sahabatnya. Saya masih ingat kata-kata Bang Riri, “Bermimpilah! Lalu bangunlah! Wujudkanlah dengan karya!”

Kado Puisi untuk Riri Satria

DINGIN KABUT DAN ANGIN PESISIR
: kepada Riri Satria

aku berasal dari dingin kabut
terbuat dari gigil lereng lawu,
yang dicairkan
oleh angin kering pesisir utara

barangkali seperti pertemuan
asam dan garam.
semua bejana terisi penuh
lalu kosong
lalu terisi dan kosong kembali
begitu seterusnya

hari-hari tumbuh tua
musim di kepala kita
menjadi uban urban
hingga matahari timbul tenggelam
menyala
membara
dalam jiwa

2024 – 2025

LIMA PULUH LIMA, ANTARA JAKARTA DAN CIBUBUR
: Kepada Riri Satria

barangkali usia terbuat dari lorong waktu
kegelapan diterangi cahaya bohlam
berasal dari doa dan sujud tengah malam
barangkali dada yang lebar terbuat dari perasaan
tak menakar seberapa besar sabar
tak mengukur panjang rasa syukur

Tuhan, semoga Engkau mengirimkan
kebahagiaan untuk Riri Satria
berkali marah — berkali diam berkali berbaikan
pada akhirnya tugas kita sebagai manusia adalah memaafkan
sebelum usai usia, sebelum tutup mata,
sebelum terlambat masuk liang lahat
karena yang sejati tak akan pernah beranjak
tak pernah berhenti merawat
bukankah jarak itu hanya ada dalam peta

pagi ini di selasar hati kaum urban,
siapakah itu tiarap tersedu-sedu
menyesapi kenangan di secangkir kopi.
ada yang sibuk membaca dunia,
dalam telepon genggam
membaca tanda dan makna peta luka

tapi ada juga yang berlari-lari
tengah menjadi manusia robot dikendalikan
oleh uang dan jabatan di hiruk pikuk tubuh kota
saban hari puisi berlalu lalang di lorong itu

orang-orang kerap bersijingkat mengejar kereta waktu
tapi detak jarum jam berlarian di kepala
tik tak tik tak memutar ingatan-ingatan
yang mulai pudar dari kepala
katamu, usia hanyalah angka
tapi hidupmu selalu menyala

angin bertutur di sepanjang trotoar,
tentang masa depan yang masih dalam perjalanan,
di lampu merah itu waktu menghentikan kemarahan
tapi hanya sebentar setelah kuning dan hijau
mesti lekas melaju supaya tidak digilas zaman

di JPO tempat orang-orang berlalu lalang —
menyeberangkan kesedihan.
penggalan cerita mirip potongan-potongan puzzle
terbuat dari problematika kaum urban tingkat bawahan.
terbuat dari pertanyaan -pertanyaan klasik.

siapa saja rela terjebak bisingnya hidup di kota
yang mengandung janji manis kata-kata
buktinya—aku dan orang-orang setia
mencintai hingga tumbuh hutan uban di kepala

2025

Kuliah Umum Bang Riri Satria: Driver, Analytics, Expressive, Atau Amiable?

Yang tersisa dari jejak perjalanan hidup adalah pelajaran dan hikmah dari peristiwa-peristiwa yang sebagian akan terekam dengan baik dalam ingatan. Dan perjalanan dari waktu ke waktu mengajari kita banyak hal.

Pertumbuhan kesadaran, kesabaran, spiritualisme, pendewasaan dan kebijaksanaan dalam kehidupan sehari-hari tak lepas tempaan dari pengalaman-pengalaman yang membekas yang meninggalkan kesan, pesan dan pelajaran yang akan membawa pada perubahan.

Hijrahnya pandangan hidup — prinsip dan pola pikir tak luput pengaruh dari apa yang pernah kita pelajari, kita praktekkan dalam kehidupan nyata. Tapi juga keinginan untuk membuka diri terus belajar dan berproses — bertumbuh dapat membuka cakrawala pemikiran dan sikap.

Dalam perjalanan waktu yang terus bergerak, kita menemukan momen-momen berharga yang patut diapresiasi. Salah satunya adalah kebiasaan Bang Riri Satria yang memberikan kuliah umum kepada para penyair pada saat perayaan ulang tahun beliau. Kebiasaan ini telah menjadi tradisi yang indah, membagikan pengetahuan dan inspirasi kepada kita semua.

Sepanjang ingatan saya, kebiasaan ini dimulai sejak tahun 2021, dan setiap tahunnya membahas topik yang menarik dan relevan dengan perkembangan zaman. Pada tahun 2021, Bang Riri membahas human communication styles, membuka pintu bagi kita untuk memahami bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain.

Kemudian pada tahun 2022 membahas metaverse dan dunia puisi, membawa kita ke dalam dunia yang baru dan menarik. Tahun 2023 tentang kecerdasan buatan dan puisi, menunjukkan bagaimana teknologi dapat mempengaruhi kreativitas kita. Dan tahun 2024 membahas sustainable development goals (SDG) dalam puisi, mengingatkan kita akan pentingnya menjaga lingkungan dan masyarakat.

Dan pada tahun 2025 ini, Bang Riri membahas social inventory styles, yaitu tentang apakah diri kita ini termasuk driver, analytics, expressive, atau amiable. Topik ini menarik untuk disimak dan banyak dibahas di internet. Dengan mengetahui gaya sosial kita, kita dapat memahami diri sendiri dan orang lain dengan lebih baik. Saya pernah mendapatkan asesmen beberapa tahun yang lalu dan hasilnya amiable. Sebagai amiable, saya cenderung memiliki sifat yang ramah, peduli, dan berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain.

Sebagai amiable saya cenderung suka menyendiri, banyak meluapkan emosi kepada tulisan (mungkin ini sebabnya saya suka menulis puisi dan berbagai catatan), memendam sendiri persoalan lalu ribet sendiri dengan perasaan, mengutamakan perasaan daripada logika, bahkan mungkin misterius seperti yang disampaikan Bang Riri dalam kuliah tersebut.

Namun, apakah kita dapat mengubah gaya sosial kita? Atau apakah kita harus menerima diri kita apa adanya? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini dapat menjadi bahan refleksi bagi kita untuk memahami diri sendiri dan meningkatkan kemampuan kita dalam berinteraksi dengan orang lain. Dalam kuliah umum ini, Bang Riri pasti akan membahas lebih lanjut tentang gaya sosial dan bagaimana kita dapat menggunakannya untuk meningkatkan kemampuan kita dalam berinteraksi dengan orang lain.

Saya sangat berharap dapat mempelajari lebih lanjut tentang topik ini dan bagaimana saya dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memahami gaya sosial kita, kita dapat meningkatkan kemampuan kita dalam berinteraksi dengan orang lain, membangun hubungan yang lebih baik, dan mencapai tujuan kita dengan lebih efektif.

Terima kasih Bang Riri atas kuliah umum yang menarik ini. Saya sangat menantikan kesempatan untuk mempelajari lebih lanjut tentang gaya sosial dan bagaimana saya dapat meningkatkan kemampuan saya dalam berinteraksi dengan orang lain. Semoga kuliah umum ini dapat membawa manfaat bagi kita semua, dan semoga kita dapat terus belajar dan berkembang bersama. []

Emi Suy, penyair, menetap di Jakarta.

Penulis: Emi Suy

Editor: Muhammad Subhan

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan