Oleh Tiara Nursyita Sariza
HUJAN deras mengguyur Jakarta, menambah suasana suram yang meliputi lapangan latihan Timnas Indonesia. Suara gemuruh petir terdengar jauh di angkasa, diiringi dengan dentingan air yang jatuh menggenang di lapangan. Rumput yang biasanya hijau cerah kini tampak gelap, basah kuyup, dan menempel di sepatu para pemain yang berlatih di tengah hujan.
STY, sang pelatih, berdiri di pinggir lapangan, mengenakan jas hujan hitam yang membuatnya terlihat tegas meski cuaca tidak bersahabat. Ia menatap para pemain yang berjuang keras meski di tengah kondisi yang tidak ideal, berlari dan berlatih dengan semangat yang tak pudar. Setiap kali bola meluncur, percikan air memancar, menciptakan gambaran yang dramatis dari perjuangan mereka.
Matahari yang biasanya bersinar cerah kini tertutup awan kelabu, menyisakan cahaya redup. Namun, STY tidak membiarkan cuaca menyurutkan semangatnya. Ia tahu bahwa untuk membangkitkan semangat tim, ia harus menunjukkan keteguhan hatinya.
“Bertahan! Fokus!” teriak STY, suaranya menggema di tengah suara hujan. Para pemain berusaha mendengar di tengah kebisingan, tetapi semangat mereka tak dapat dipadamkan. Meskipun lapangan becek dan penuh genangan, mereka tetap berlari, berlatih, dan berjuang.
*
Saat hujan mulai mereda, STY mengenang kembali momen pertama kali ia menginjakkan kaki di negeri itu. Ia teringat saat pesawatnya mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, disambut oleh suara riuh para penggemar yang telah menunggu dengan harapan tinggi. Saat itu, ia merasakan campuran antara antusiasme dan ketegangan. Ia tahu bahwa tanggung jawab yang diembannya sangat besar.
Dengan langkah mantap, ia melangkah keluar dari pesawat, merasakan udara tropis yang hangat dan lembab. Suara sorak-sorai yang menyambutnya membuatnya bersemangat, tetapi di sudut hatinya, ia juga merasa berat. STY tahu bahwa ia harus membawa perubahan, membangkitkan kembali semangat tim yang telah lama terpuruk.
“Besar harapan yang kalian bawa,” ujarnya kepada para pemain saat itu, “Ayo, kita bangun kembali tim ini bersama-sama.”
*
Hari-hari berlalu, dan meskipun timnya pernah mencapai final Piala AFF dan lolos ke Piala Asia, kritik terus mengikutinya. STY berhasil membawa Indonesia meraih beberapa prestasi yang patut dibanggakan. Di bawah asuhannya, Indonesia mencapai semifinal Piala AFF 2020, sebuah pencapaian yang menghidupkan kembali harapan para penggemar. Ia juga berhasil membawa timnas U-23 meraih medali perak dalam ajang SEA Games 2021, menandakan perkembangan pesat di kalangan pemain muda.
Namun, meskipun ada peningkatan, kritik dari para penggemar dan media tidak pernah berhenti. Suatu malam, saat STY duduk sendirian di ruang ganti, ia bisa merasakan beban harapan yang berat dari para penggemar. Mereka ingin melihat tim ini kembali ke jalur kemenangan.
Ketika anaknya menelepon, suara marahnya terdengar jelas. Tapi STY tetap menahan sabar.
“Anakku, dalam sepak bola, hasil akhir sering kali menjadi segalanya. Namun, nilai dari usaha kita tidak selalu terlihat di permukaan. Ada banyak hal yang terjadi di balik layar.”
“Jadi, Ayah tidak peduli jika mereka mengkritik?” tanya anaknya.
“Bukan itu maksudku,” jawab STY dengan lembut, “Aku peduli. Namun, kita tidak bisa membiarkan kata-kata orang lain menentukan nilai diri kita. Yang terpenting adalah apakah kita sudah memberikan yang terbaik.”
*
Hari demi hari berlalu, dan keputusan untuk memecatnya akhirnya datang. Ketika berita itu sampai ke telinganya, STY merasa jantungnya bergetar. Dengan tenang, ia mengumpulkan tim untuk memberi tahu mereka.
“Teman-teman,” ia memulai dengan suara yang tegar namun penuh emosi, “Aku ingin kalian tahu bahwa perjalanan kita bersama telah menjadi bagian penting dalam hidupku. Meskipun aku harus pergi, ingatlah bahwa kalian adalah masa depan sepak bola negeri ini.”
Suasana di ruangan itu tiba-tiba menjadi hening. Para pemain saling memandang, bingung dan khawatir. Air mata mulai mengalir di wajah beberapa dari mereka. Andi, yang biasanya tegar, tak bisa menahan kesedihannya. “Coach, kami tidak ingin kehilanganmu!” serunya, matanya berkaca-kaca.
STY merasakan beratnya momen itu. Ia menatap wajah-wajah yang penuh harapan di depannya. “Setiap orang memiliki tujuannya masing-masing,” lanjutnya, suaranya berat dan sedikit bergetar. “Ini bukan akhir, hanya sebuah perubahan arah. Aku yakin kalian akan terus berjuang dan berkembang. Percayalah pada diri sendiri, ya!”
Satu per satu, para pemain berdiri, menyilangkan tangan kanan ke dada, lalu membungkuk hormat. Reihan maju ke depan, “Coach, kami berjanji akan terus berjuang. Apa yang kau ajarkan tidak akan pernah kami lupakan.”
STY menahan air mata. Ia tahu betapa sulitnya situasi ini, tetapi ia juga tahu bahwa ini adalah bagian dari perjalanan hidup. “Kalian adalah masa depan sepak bola Indonesia. Teruslah berjuang, dan jangan biarkan kritik menjatuhkan semangat kalian. Dengar!” Situasi penuh Haru. Pria tua itu menautkan kepalanya ke kepala anak didiknya. Menatap dalam ke mata mereka.
Saat ia berpamitan, suasana bertambah emosional. Para pemain berpelukan, mengingat semua momen indah yang telah mereka lalui bersama. STY merasakan kehangatan dan cinta dari mereka, meski hatinya berat untuk pergi.
*
Malam yang sunyi tiba, dan STY duduk di balkon rumahnya, memandangi bintang-bintang yang berkelap-kelip. Ia teringat pada momen-momen indah saat ia dinobatkan sebagai Pelatih Timnas Terfavorit pada 2023, serta wajah-wajah pemain yang pernah dilatihnya. Ia tahu, meskipun perjalanannya di Indonesia harus berakhir, harapan untuk sepak bola Indonesia tidak akan pudar.
“Semoga kalian terus berjuang,” bisiknya dalam hati, percaya bahwa harapan dan semangat akan selalu ada, meskipun perjalanan kadang harus terhenti.
Beberapa bulan kemudian, saat berita mengenai keberhasilan tim nasional di Piala Asia mulai beredar, STY merasa bangga. Ia mungkin tidak lagi berada di lapangan, tetapi jejaknya tetap ada di hati setiap pemain. Saat mendengar kabar itu, STY mengambil ponselnya dan menulis pesan kepada sang anak.
“Nak, mereka telah berjuang keras. Percayalah, setiap langkah kita adalah bagian dari proses yang lebih besar.”
*
Di suatu sore, saat STY menonton pertandingan di televisi, ia melihat para pemainnya beraksi. Ia tersenyum, merasakan kebanggaan yang mengalir di dalam hatinya. Dengan senyuman di wajahnya, STY menatap masa depan. Sepak bola adalah lebih dari sekadar permainan; itu adalah tentang mimpi, perjuangan, dan harapan yang tak pernah padam. “Setiap akhir adalah awal yang baru,” gumamnya, siap untuk menantang perjalanan selanjutnya, di mana pun itu.
Dalam hati, STY tahu bahwa perjalanannya di Indonesia telah memberi banyak pelajaran. Ia telah melihat bagaimana cinta dan dukungan dapat membangkitkan semangat, dan bagaimana kerja keras dapat mengubah nasib. Ia berharap setiap pemainnya akan mengenang perjalanan ini sebagai bagian dari proses yang lebih besar, sebuah langkah menuju masa depan yang lebih cerah.
“Selamat berjuang,” bisiknya, harapannya melambung ke angkasa, seiring dengan bintang-bintang yang bersinar di malam yang sunyi.
*
Dua tahun berlalu sejak kepergiannya, dan STY mendapati dirinya di sebuah kafe kecil di Seoul, Korea Selatan. Di dinding kafe, terdapat poster-poster tim yang pernah dilatihnya, dengan foto-foto momen bersejarah yang tertangkap kamera. Dalam hati, ia merindukan momen-momen itu, saat ia merayakan kemenangan dengan para pemainnya, saat mereka berpelukan setelah setiap pertandingan.
Suatu hari, saat ia sedang menikmati secangkir kopi, ponselnya bergetar. Pesan dari salah satu mantan pemainnya, muncul di layar. “Coach, kami baru saja lolos ke Piala Dunia! Terima kasih atas semua yang kauajarkan.”
Air mata mengalir di pipi STY. Ia tersenyum, merasakan kebanggaan yang mendalam. Ia tahu, semua kerja keras yang ia lakukan bersama tim tidak sia-sia. “Kalian telah mencapai apa yang kalian impikan,” balasnya. “Ini adalah hasil dari kerja keras dan dedikasi kalian.”
Malam itu, STY tidak bisa tidur. Ia kembali mengenang semua momen berharga yang telah dilaluinya di Indonesia. Dari latihan di lapangan berair hingga perayaan bersama para pemain. Ia teringat saat mereka berjuang melawan tim-tim kuat dan bagaimana mereka selalu bangkit meski terjatuh.
Dengan penuh rasa syukur, STY menatap langit malam, berharap yang terbaik untuk timnas Indonesia. “Kalian adalah legenda,” bisiknya, berharap bahwa semangat dan dedikasinya akan terus hidup di dalam hati setiap pemain yang pernah dilatihnya.
*
Kembali ke lapangan, saat hujan mengguyur Jakarta, para pemain baru berlatih di tempat yang sama, di bawah arahan pelatih baru. Namun, suara STY tetap terngiang di telinga mereka. “Bertahan! Fokus!”
Mereka merasakan semangat yang sama, berjuang meski dalam kondisi yang sulit. Hujan yang membasahi lapangan bukanlah penghalang, melainkan pengingat bahwa setiap tantangan dapat dihadapi.
Di sudut lapangan, sebuah banner besar bertuliskan, “Terima kasih, Coach STY!” mengibarkan angin. Para pemain saling menatap dan tersenyum, menyadari bahwa meskipun STY tidak lagi bersama mereka, semangat yang ia tanamkan akan selalu hidup.
“Untuk Coach!” teriak salah seorang tim mengangkat tangan ke udara. “Kita akan terus berjuang!”
Suasana semangat itu menyebar di antara para pemain, memberi mereka kekuatan baru untuk terus berlatih dan berjuang. Hujan mungkin membasahi lapangan, tetapi semangat mereka tidak akan pernah padam.
*
Malam itu, ketika STY menutup matanya, ia merasakan kedamaian yang dalam. Ia tahu, meskipun perjalanan di Indonesia telah berakhir, jejak yang ia tinggalkan akan selalu diingat. Ia adalah bagian dari sejarah yang telah dibangun, sebuah legenda yang akan terus hidup di hati setiap penggemar dan pemain.
“Selamat berjuang,” bisiknya sekali lagi, harapannya melambung ke angkasa, seiring dengan bintang-bintang yang bersinar di malam yang sunyi. Dalam hatinya, ia tahu bahwa setiap akhir adalah awal yang baru, dan ia siap untuk menghadapi tantangan selanjutnya, di mana pun itu. []
Tiara Nursyita Sariza, lahir di Pekanbaru. Saat ini menempuh studi di Universitas Syiah Kuala dengan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia.
Penulis: Tiara Nursyita Sariza
Editor: Neneng J.K.
Keren, Kak Ara … menyentuh cerpennya