Oleh Suria Tresna
“Whoa….“
Tiba-tiba terdengar suara gaduh. Itu adalah tangisan Pini, adik Popo si penyu belimbing. Setiap hari tak bosan Popo selalu mengganggu adiknya. Ada saja kelakuan Popo. Kadang dia mengganggu Pini yang asyik bermain boneka. Sering juga Popo merobohkan menara yang dibuat Pini dengan susah payah.
Bagaimana di sekolah? Popo juga sering membuat keributan di sana. Jika ada sepatunya yang terkena permen karet, pasti itu ulah Popo. Atau jika ada yang kehilangan pensil warna, pasti Popo juga yang menyembunyikannya.
Meskipun Popo sering usil, dia sangat disukai teman-temannya. Popo selalu cekatan membantu siapa saja. Dia juga sering berbagi bekal makan siang. Popo yang ceria selalu dirindukan.
Suatu malam, Ibu dan Ayah memanggil Popo.
“Popo, kamu tahu, kan, kalau kita adalah bangsa penyu belimbing?” Ibu memulai percakapan serius malam itu.
“Wah, Ibu! Tentu saja aku tidak akan lupa!” Popo menjawab sambil tertawa.
“Sudah waktunya Popo bermigrasi. Seperti yang sering Ibu dan Ayah ceritakan. Tiba saatnya penyu belimbing harus pergi jauh untuk berpetualang!”
“Apakah tidak bisa ditunda, Ibu? Aku masih ingin bermain bersama Pini dan teman-teman!” Popo menyahut lirih dan mulai merasa sedih.
“Popo jangan bersedih, nanti saat kembali dari berpetualang, kamu bisa bertemu lagi dengan Ayah, Ibu, Pini dan teman-teman!”
“Apa aku tidak akan tersesat, Ibu?”
“Tentu saja kamu tidak akan tersesat! Kamu sudah mempelajari banyak ilmu selama ini! Kamu juga harus selalu ingat untuk beribadah dan berdoa agar perjalanannya lancar dan menyenangkan. Ibu yakin suatu hari nanti kamu akan menemukan jalan pulang. Kamu akan kembali berkumpul bersama keluarga kita.”
Hari keberangkatan Popo makin dekat. Popo masih merasa sedikit sedih di hatinya. Apalagi membayangkan akan berpisah dengan Pini dan teman-teman. Bagaimana perjalananku nanti? Apakah aku akan mendapatkan teman baru? Perasaan-perasaan khawatir menyelimutinya.
Siang itu, sepulang sekolah Popo berpamitan kepada teman-temannya.
“Aku pamit, ya! Besok pagi aku akan berangkat untuk bermigrasi. Aku minta maaf karena selama ini sering usil. Kuharap kalian tidak akan melupakan aku!”
Merida menggeleng, “Kami tidak pernah marah padamu, Popo. Kami akan selalu merindukan dan menanti kepulanganmu.”
“Hai, Popo! Kau harus kembali, ya! Lihat siripku yang luka ketika bertabrakan denganmu dulu! Bagaimana mungkin aku bisa melupakanmu! Setiap melihat sirip ini aku akan teringat temanku, Popo yang baik hati!” Ludwig merangkul Popo.
Pagi-pagi sekali, Ayah, Ibu, dan Pini melepas keberangkatan Popo di depan sarang mereka.
“Popo… Popo….”
Wah, siapa itu di kejauhan? Ternyata itu adalah teman-teman Popo! Mereka ingin ikut serta mengantarkan Popo ke perbatasan terumbu karang dengan laut lepas.
Ada Talia, Merida, Lili, Ludwig dan yang lainnya. Lihat, Ibu Riri si ikan pari juga ikut dalam rombongan itu.
Mereka akhirnya berpisah dengan rasa suka cita. Popo terlihat kepayahan membawa oleh-oleh yang disiapkan teman-temannya untuk bekal di perjalanan.
“Jangan lupa, selalu berdoa dan beribadah, Popo! Berpetualanglah, Nak! Temukan tujuan hidup dan arah yang bermakna! Kau pasti akan menemukan jalan pulang!” Ibu mencium kening Popo dan melambaikan salam perpisahan.
*[]
Penyu Belimbing (Leatherback Sea Turtle)

Fakta Unik: Sesuai dengan namanya, tempurung penyu ini mirip sekali dengan buah belimbing. Tidak seperti kebanyakan penyu lain yang memiliki cangkang keras dan bertulang, cangkang penyu belimbing bertekstur seperti kulit/ karet dan tidak memiliki sisik. Penyu belimbing merupakan spesies penyu terbesar di dunia dan merupakan penjelajah tiga samudra di dunia, yaitu Samudra Hindia, Samudra Pasifik dan Samudra Atlantik.
Daftar Pustaka
Larasati, Laras. (2023). 5 Fakta Penyu Belimbing, Spesies Penyu Terbesar di Dunia. Diakses pada 31 Januari 2025, dari www.idntimes.com
Suria Tresna, seorang ibu rumah tangga yang suka membaca dan menulis. Saat ini aktif belajar di Sekolah Menulis elipsis (SMe) dan Wong Indonesia Menulis (WIN). Beberapa karyanya sudah pernah dimuat media cetak lokal dan media online. Penulis juga telah menulis puluhan buku antologi baik berupa cerita anak, artikel, cerpen, pentigraf, fiksimini, dan senandika.
Gambar ilustrasi diolah oleh tim redaksi Majalahelipsis.id menggunakan Bing Image Creator.
Ikuti tulisan-tulisan Majalahelipsis.id di media sosial Facebook dan Instagram. Dapatkan juga produk-produk yang diproduksi Sekolah Menulis elipsis seperti hoodie, kaus, atau buku. Khusus pelajar, mahasiswa, dan kalangan umum berstatus pemula yang berminat belajar menulis kreatif dapat mengikuti kelas di Sekolah Menulis elipsis. Hubungi Admin di nomor WhatsApp 0856-3029-582.
Penulis: Suria Tresna
Editor: Ayu K. Ardi