Ngadi Nugroho. Lahir di Semarang, 28 Juni. Menetap di Kota Kaliwungu. Beberapa kali puisinya tayang di media online, koran, dan majalah, juga antologi bersama.
EPISODE WAKTU
Di ruang tamu ini
Tubuhku terikat masa lalu
Dari benang-benang jejak yang hampir rantas
Kubiarkan waktuku terampas
Mengenangmu yang tak pernah kembali
Aku tahu suatu saat di jantungku pun hingar ‘kan berlalu
Waktu diam–terkurung malam
Meremukkan tubuhku menjadi debu
2024
RUMAH DUKA
Ditulisnya sebuah pesan pada pucuk-pucuk daun tusam
Yang meruncing ke atas awan
Merapatkan tangannya dalam genggaman doa
Yang malu-malu merayap dilipatan malam
Menjadi sebuah kata “tolong” yang panjang
Mengetuk-ketuk rumah Tuhan
Tanpa pintu & jendela yang selalu menderitkan derita
Dan kita (aku & kamu) terpenjara dalam buku waktu yang ditulis-Nya
Terkapar di rumah duka–dunia
Seperti dia yang merapatkan tangannya tafakur dalam doa
Meredam derita
2024
DEMONSTRASI
Terkadang ada bintang kemukus jatuh
Di atas ladang gelap itu
Ketika bulan memiringkan matanya zonder cahaya
Musim menjadi perayaan kesedihan
Berduyun-duyun orang berkumpul
Berbicara dengan bahasa cinta
Ingin menulis kembali sebuah cerita
Mereka bergerak seperti air bah
Meyakini gelap pasti ‘kan musnah
Ramai-ramai mereka mendaki
Ketika diam menjadi api
Jalan aspal melambaikan tangannya
Tuk tak hanya diam
Mendekam dalam buku-buku pelajaran
Dalam kamar-kamar yang muram
Menanam beku di jantungnya menunggu mati
Bukankah aroma kebusukan telah sampai di depan pintu mimpi
Ketika pagi tetap sama
Mengirimi sekerat gelisah
Ramai-ramai suara kokok ayam mengabarkan berita
Keluar dari notifikasi handphone
Menjadi sebuah tagar
Tentang seseorang yang telah ingkar
Menyulam mimpi di dunianya sendiri
Sedangkan matahari di kepala tetap sama
Membakar kepala
Ke mana harus bersuara
Bila tak ada yang bisa dipercaya
2024
Penulis: Ngadi Nugroho
Editor: Likin At Tamimi