N. Diana. Perempuan yang menyukai sastra. Cerpennya “Spirit Persaudaraan dan Multikulturalisme” (KSI, KCI, dan Disparbud Provinsi Jakarta) dipilih dalam THE 2nd JAKARTA INTERNATIONAL LITERARY FESTIVAL (JILFest) 2011. Karya lainnya dimuat dalam antologi Amarah Lembaga Bhinneka (Glitzy Book Gramedia), Voices Breaking Silence dalam kampanye anti kekerasan dan pelecehan seksual terhadap perempuan (Komunitas Penulis Perempuan Indonesia), dan Antologi Puisi Sastra, Lingkungan dan Kita (Words, Earth and Us) Dinas Kebudayaan Provinsi Bali 2019. Puisi dan cerpennya juga dipublikasikan di surat kabar Media Indonesia dan Pontianak Post. Buku tunggalnya Lelaki di Biara (antologi puisi) dan Terbuang dari Eden (kumpuan cerpen). Saat ini, Diana berfokus pada kariernya di bidang edukasi dan kepenulisan dengan merealisasikan sebuah proyek lagu dan animasi untuk anak bernama “Tahuna dan Lembah”.

Di Ruang Psikiatri

ada sunyi sepagi ini
tersebab bibir dan hatinya yang menyimpan segala rahasia
terluka

dia jatuh terduduk di sebuah sudut
merelakan kekasihnya bertemu pengantin maut,
sedang ia terpaksa bersanding dengan air mata yang kalut

di koridor tunggu itu, banyak hal yang belum selesai
lalu ia datang lagi
menunggu sepanjang waktu haru

seorang petugas menghampiri
katanya, “Kan kuantar kau ke kamar permenungan. Mari.”
sesampai di ruang psikiatri
dia kehilangan wajah kekasihnya lagi

2012

Tangis Tercekat Noda-dosa Durga

ada tangis
diam-diam beranak di matanya
ia kepal jari,
lamat-laun koyak selendangnya
dari kedua belah pahanya
air itu berdarah-darah
suara bercerita: telah pulang segala harum kepada bunga
telah mati segala warna kepada pelangi
kini anyir amis, nyalang merah
hilang
di rumah orang tua ia cari, di pengadilan ia cari, di kantor agama ia cari, di bait Tuhanpun ia cari
tiada lagi
ia tak berhenti
orang-orang berdengung
terus berdengung
hingga akhirnya ia temukan, wajahnya sendiri pada sepotong surat kabar
dan rahim yang terus berdetak minta belas kasihan
ia diam sendiri
hanya ada tangis
tak terdengar tercekat di dadanya
oleh noda-dosa durga

2014

Pulang

Kelak jika kau pulang ke dalam kesedihan-kesedihanku, tak perlu kau hitung berapa utang waktu yang harus kau bayar karena pernah mencintaimu adalah mengajariku: manusia selalu berutang pada waktu dan meninggalkan ketidakberdayaannya dalam ujud kesedihan,
–dan yang sungguh mencintai tahu bagaimana cara melepaskan dan mengikhlaskan kebahagiaan.

2015

Penulis: N. Diana

Editor: Likin At Tamimi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan