Muhammad Subhan, penulis, pegiat literasi, founder Sekolah Menulis elipsis, menetap di pinggir Kota Padang Panjang, Sumatra Barat. Lahir di Medan, 3 Desember. Buku Kumpulan cerpennya Jalan Sunyi Paling Duri (2022) dan Bensin di Kepala Bapak (2020). Buku puisinya Tungku Api Ibu (2023) dan Kesaksian Sepasang Sandal (2020). Novelnya Rumah di Tengah Sawah diterbitkan Balai Pustaka (2022). Ia penulis undangan Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) 2017. Esainya tiga terbaik Festival Sastra Bengkulu (2019) dan puisinya tiga terbaik Banjarbaru Rainy Day Literary Festival (2019). Beberapa puisinya dialihwahanakan menjadi lagu dengan iringan musik klasik oleh pianis bertaraf internasional, Ananda Sukarlan. Instagram: @muhammadsubhan2
Tungku Api Ibu
tungku api ibu
bermandi cahaya matahari
siang beranjak senja
dinding tiris dilapuk usia
adalah cerita masa kecil kita
yang kini menjadi gumam
di sepanjang malam purna
tungku api ibu
menjelma sesak di dada
kaukah yang seduh kopi di meja?
Padang Panjang, 2022
Ketika Aku Rindu kepada Ibu
ketika aku rindu
kepada ibu
aku kenang
segala yang menjadi
teduh di bola mata
aku punya guru
karena guru pertama
aku adalah ibu
yang mengajari aku
tentang arti cinta
dan segala kasih
kepada sesama.
ketika aku rindu
kepada ibu
aku duduk bermenung
di bilik sunyi
melukis dinding
menjadi tubuh ibu
dan memeluknya
tanpa aku berpaling.
ketika aku rindu
kepada ibu
aku ratibkan doa-doa
pada langit pada Semesta
agar ibu aku di sana
yang duduk di surga
rekah senyum di bibirnya.
ketika aku rindu
kepada ibu
aku buka lagi buku diary
yang dihadiahkan ibu
di hari ulang tahunku
ke-17 dulu
di sana ibu menulis
sebait kata untuk aku:
“jangan pernah lupa
kepada guru dan
hormatlah selalu.”
ketika aku rindu
kepada ibu
aku pejamkan mata
serapat-rapatnya
lalu ibu datang di hatiku
dan aku tak sepi lagi
meski ibu tak ada di sini.
Padang Panjang, 2022—2023
Lagi, tentang Ibu
segala doa untukmu
tak habis-habisnya
seperti pagi merindukan siang
petang mendambakan malam
hari terus berlalu
bulan-bulan penantian
sepanjang tahun adalah kasihmu
sepanjang rinduku adalah engkau
; ibu
Padang Panjang, 2023
Ketupat Lontong Emak
ketupat lontong emak
di hari raya, penganan kegembiraan kita.
“sauklah kuahnya, bertambah sepiring dua.”
emak bersuka cita anak-anak pulang
menjenguknya. emak rindu menimang cucu,
seperti ia menimang bayinya dulu.
di hari raya itu emak berdiang
di tepi tungku api. memasak opor ayam
untuk makan malam kita.
“kalau kau balik ke rantau, jangan sekali lupa
jalan ke dapur ini, meski kelak aku tiada.”
ketupat lontong emak
di hari raya, penganan di hati kita.
penganan emak yang tak putus ia punya cinta.
Padang Panjang, 2023
Rantau yang Jauh
katamu, kau ingin pulang
menjemput rindu. ke pelukan ibu.
tapi, rantau menjadi duri
di kakimu. miang berumah
di kepala.
ibu telah lama menunggu,
dalam doa-doa.
katamu, kau ingin pulang
sekali saja. melihat senyum ibu.
lalu, merebah lelah di pangkuannya.
Padang Panjang, 2022
Makmeugang
ketika aku kecil, ibu menggunakan kukuran
memarut kelapa. buah kelapa dipetik ayah,
di parak di belakang rumah.
ayah berpayah-payah, ibu terbit
lelahnya. api di tungku telah nyala.
santan parutan kelapa diremas ibu
membuat rendang. daging sapi dibeli
di pasar makmeugang*)
besok orang-orang berhari raya.
Padang Panjang, 2023
*) Makmeugang: Tradisi memasak daging menjelang Ramadan dan Idulfitri di Aceh.
Rindu Ibu, Rindu pada Gemuruh Laut Anaknya
pagi itu ibu memasak gulai
dengan titik air matanya sendiri
di kuali kuah gulai menggelegak
yang terbayang oleh ibu wajah sang anak.
siang itu ibu duduk termenung
di meja makan, sementara di layar televisi
para demonstran belum berhenti
menyorakkan yel-yel menolak ketidakadilan
yang disodorkan tuan-tuan penguasa
yang lupa pada kursinya dulu ditempah siapa.
sore itu ibu mencari kembang di pasar
untuk ditabur di pusara, katanya—entah
pusara siapa. sementara air mata ibu
tak berhenti juga, dan mata itu redup dilamun senja.
malam ini ibu duduk tafakur di sajadah
melepas segala pasrah pada Tuhan, lalu ia berdoa:
“o, Tuhan, kepadamu kuadukan, segala gelisah,
segala payah, segala derita, segala harap,
segala yang menjadi jalan agar anakku pulang
ke lautan rinduku paling gemuruh.”
Tuhan mendengar pinta hamba-Nya
tapi menunda memberi jawaban, kecuali air kesejukan
yang dipercikkan ke hati ibu, dan malam itu ibu tidur
lalu bermimpi didatangi anak dan suami
yang pergi tapi tak pernah kembali lagi.
Padang Panjang, 2021
Doa Ama untuk Kita Anak-anaknya
ama bermenung melepas kepergianmu, adikku
ke kota merangkai cita-cita
meninggalkan sawah, ladang, dan
gemercik sungai berbatu, juga angin limbubu
di bukit-bukit berilalang mersik di kampung kita
sepanjang musim, memupus kenang dan asa
yang pernah dirajut bersama.
ama yang telah renta dalam usia, adikku
menangis, tersenyum di subuh dan senja
memuja-muji Tuhan ketika wajahmu menghias
membawa tempias pada mimpinya siang malam.
air mata ama bukan duka, adikku
perih batinnya juga bukan derita
tapi telaga kasih yang tak pernah sirna
untuk kita anak-anaknya.
seperti hari-hari kemarin, adikku
ama masih setia menunggu di jenjang rumah gadang
menanti kaupulang, menyilau bayang-bayang
asa membilang, sementara zikir basah di bibirnya
dan doa-doa masih ia jahit di ingatan yang pahit
seiring embusan napasnya, untuk kau, adikku
dan untuk kita yang menjadi denyut di nadinya.
Padang, 2009
Catatan: Ama = Amak : Sebutan lain untuk Ibu.
Perempuan Bersayap Malaikat
ibu adalah malaikat
yang memberikan dua sayapnya
ke punggungku agar aku bisa terbang
sementara ibu masih setia menunggu
di jenjang rumah gadang
hingga aku pulang
Padang Panjang, 2023
Catatan: Khusus puisi “Perempuan Bersayap Malaikat” telah dialihwahanakan menjadi musik klasik oleh pianis bertaraf internasional, Ananda Sukarlan, dan banyak dinyanyikan penyanyi lagu-lagu klasik khususnya kategori Tembang Puitik.
Penulis: Muhammad Subhan
Editor: Ayu K. Ardi