Gurit Asmara Ruci. Lahir dan berdomisili di Tulungagung, Jawa Timur. Penggiat teater dan musik keroncong. Puisinya dimuat di media cetak Radar Banyuwangi dan online. Buku antologinya antara lain, HPI-Jejak Puisi Digital (2021), Jejak Waktu (2022), Dari Negeri Poci: Khatulistiwa (2021), Raja Kelana (2020), Kulminasi (2023), Jazirah 11-Laut dan Kembara Kata-Kata (2022), Wasiat Botinglangi (2022).
SURAT KEPADAMU
Jika suatu hari surat ini menemuimu
engkau ‘kan tahu berapa panjang waktu
dibutuhkan kata-kata untuk bernyali
arungi laut dan ombak tinggi.
Engkau akan mendengar pekikan
seekor burung kehilangan sarang
hutan-hutan tiba-tiba menghilang
tumbuh beton-beton menggantikan.
Pasir pantai hilang kilaunya
akankah gurindam hilang tuahnya
pantun, syair berganti omelan anak muda
menggelinjang dalam kotak plastik menyala?
Di tangan sang waktu tiba-tiba kita purba
tak ubahnya seonggok fosil
di antara aksesoris-aksesoris mengada
digoda menjadi pribadi-pribadi ganjil.
Jika suatu hari surat ini menjangkaumu
mungkinkah kita dan kata-kata meragu?
2024
PAGI MANA MAU PEDULI
Karena kemarau, dingin menggelincir jatuh
di sela-sela gigil jari-jari subuh
air sesuci satu-satu menitik di dahi
tampak tuan usap gumam di bibir sesekali
Siapa tega menabur air mata ke dalam kata-kata
yang tersedu di surau berdinding nestapa
setiap kali jatuh bunyinya menggetarkan udara
mendesak isak menyesakkan rongga dada
(diam-diam selembar doa menyusup di riuhnya)
sedang pagi mana peduli
siapa sudi merawat kasih sayang ini
yang ia inginkan segera menjauhi malam
lekas hampiri matahari di balik bukit pualam
(cukuplah sesal datang sekali)
2024
PULANG
Rindu: letupan yang mendorong amanah
ambil langkah pulang menyapa rumah
Rumah yang ramah: ada emak dan bapak
lewati senja, hangatkan kenang dalam sajak
Ada jejak kanak-kanak yang masih terbaca
pada lambung perahu kertas berbingkai kaca
Ada beo yang seharian meracau
perihal mimpi jadi raja kalau-kalau
Ada kawanan kucing dibuat geram
lantaran jam tidur manjanya terancam
Hingga mereka bertindak kejam:
Hap!
Wahhh…!
Ada keranda harum berhias bunga duka
mengapa aku ada di sana?
2024
SEMOGA DI KEDAI KOPI
Di sebuah kedai kopi ber-Wi-Fi
beberapa pasang sepi tumbang
dibantai ponselnya–tak berperi
adab ‘tlah berkilah tanpa bimbang
Di samping jam dinding
yang langkahnya nyaris tak terbaca
foto pejabat penting tergantung miring
nampak terlalu berat menahan cerca
Ada televisi, sejak tadi bicara sendiri
cerita negeri malah menambah nyeri
sudah tak ada lagi yang ambil peduli
setiap kepala berjalan sendiri-sendiri
Di luar hujan datang tiba-tiba
derasnya mengetuk kantuk kata semoga
dia tahu: setiap harapan baik yang diminta
ada semoga yang selalu mengawalinya
Semoga kewarasan memihak kita
2024
Penulis: Gurit Asmara Ruci
Editor: Likin At-Tamimi