Sajak-Sajak Fileski Walidha Tanjung

Lukisan Steve Johnson at Pexels.comid

Fileski Walidha Tanjung. Penulis kelahiran Madiun 1988. Aktif menulis puisi, esai, cerpen di berbagai media nasional.

Petani Penyangga Langit

Penyangga langit, senyum di pematang pagi.
Langit berdiri, bukan di pundak gunung
di tulang punggung lelaki yang menggenggam cangkul.
Ia menyulam cakrawala dari benih dan keringat,
tangannya menulis cuaca dengan gemetar cangkul dan doa.
Langit akan runtuh karena beton-beton yang tak berakar,
Ia menahannya dengan sekarung padi dan sabar yang tak dijual di pasar.
Di bawahnya: bumi gemetar oleh lapar yang dipoles iklan.
Di atasnya: awan malu melintas tanpa hujan.
Petani yang tak lagi mencium bau lumpur,
langit berakhir tumbang,
menjadi dinding bisu di kantor-kantor pencakar bayangan.

2025

Senyum di Pematang Pagi

Aku adalah embun yang singgah sekejap
di pipi daun padi yang gemetar
di mana matahari belum benar-benar merekah,
dan petani belum selesai menyusun doa-doa.
Aku lihat senyum itu
dari ikhlas yang diiris waktu.
Setiap langkahnya di pematang
adalah doa yang menggemakan bumi.
Tak ada yang tahu bahwa senyum itu
menahan seribu musim yang tak menepati janji.
Ia tak butuh tepuk tangan;
cukuplah ladang yang tak kering,
dan cukup untuk anak-anaknya bisa makan.

2025

Tanah yang Dilupakan

Aku adalah tanah yang dulu dipeluk akar-akar pagi,
hari ini telah menjadi halaman brosur perumahan.
Di perutku masih kusimpan jejak-jejak lutut petani
yang dulu sering kudengar doanya,
kini entah di mana.
Para pemilik baru, mencoret-coret tubuhku
dengan garis-garis palsu, bernama masa depan.
aku masih mendengarkan nyanyian lumpur,
dan merindukan hujan yang menari.
Ketika aku dibeli dengan selembar cek,
kau juga telah membeli sunyi.
Kau pikir aku mati.
Aku menunggu benih-benih itu tumbuh lagi.

2025

Negeri yang Mengimpor Perutnya

Di dalam aku,
ada bunyi—bukan suara, tapi kekosongan
yang tak bisa ditutupi sinyal digital.
Aku membaca brosur iklan beras impor
sementara di luar jendela,
sawah berubah menjadi tempat parkir.
Petani sudah habis,
anak-anak ingin kerja di perkantoran
ladang warisan sudah terjual
Ketahanan bukan hanya soal makanan,
tapi tentang siapa yang masih mencangkul mimpi
dan siapa yang hanya ingin menikmatinya
lewat layar ponsel.
2025

Ikuti tulisan-tulisan Majalahelipsis.id di media sosial Facebook dan Instagram. Dapatkan juga produk-produk yang diproduksi Sekolah Menulis elipsis seperti hoodie, kaus, atau buku. Khusus pelajar, mahasiswa, dan kalangan umum berstatus pemula yang berminat belajar menulis kreatif dapat mengikuti kelas di Sekolah Menulis elipsis. Hubungi Admin di nomor WhatsApp 0856-3029-582.

Penulis: Fileski Walidha Tanjung

Editor: Likin At Tamimi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan