Ilhamdi Sulaiman. Lahir 66 tahun lalu di Medan pada 12 September 1957. Menamatkan pendidikan sarjana Sastra dan Bahasa Indonesia di Universitas Bung Hatta Padang pada tahun 1986. Berkesenian sejak tahun 1976 bersama Bumi Teater Padang pimpinan Wisran Hadi. Pada tahun 1981 mendirikan Grup Teater Proklamator di Universitas Bung Hatta. Lalu pada tahun 1986, hijrah ke kota Bengkulu dan mendirikan Teater Alam Bengkulu sampai tahun 1999 dengan beberapa naskah di antaranya naskah Umang Umang karya Arifin C. Noer, Ibu Suri karya Wisran Hadi dan tahun 2000 hijrah ke Jakarta mementaskan naskah cerpen AA Navis “Robohnya Surau Kami” bersama Teater Jenjang Jakarta serta grup grup teater yang ada di Jakarta dan Malaysia sebagai aktor freelance. Selama perjalanan berteater telah memainkan 67 naskah drama karya penulis dalam dan luar negeri, monolog, dan deklamator. Serta mengikuti event lomba baca puisi sampai saat ini dan kegiatan sastra lainnya hingga saat ini.
KOLAM SUSU
Bukan lautan hanya kolam susu
Riak tak lagi menepi ke pantai
Buihnya terbentur pancang bambu
rintihan nelayan berputar melingkar
yang bermuara pada lapar.
Tiada badai tiada topan
kutemui
Namun tak ada lagi jejak
untuk ikan menari pada terumbu
nelayan sepi
perahu tak lagi bermuatan
ada batas yang dirampas
siapa perompaknya?
Tongkat bambu dan batu
jadi ditanam.
…
tanahmu tanah surga
maka seorang oligarki berkata: hai ya… mulut owe akan menjadi Undang Undang laa...
we juga bisa atur perangkat desa
untuk dapat memiliki sertifikat halal berstempel garuda
lambang konoha tentunya…
layar kaca penuh berita
karena ada suara bertanya-tanya.
wajah wajah bermuka dua
telunjuk lurus kelingking berkait menunjuk dirinya.
Semua pura-pura mencari dalang pelakunya.
Kini
Dalang tertimbun wayang dalam kotak
terbang ke cakrawala atau ke negeri cina
rakyat bertanya.
Kail dan jala tak cukup kuat menjaring pelakunya.
Pancang dicabut
orang-orang pada ribut
saling berebut membasuh tangan.
Suara dari langit
mulai dibungkam. memakai jasa para preman.
Bukan lautan hanya bekas empang.
tongkat bambu makanya dipancang
Jakarta, 28 Januari 2025
SEBUAH NAMA
(Buat Pejuang Bangsa)
Seperti bambu ia kuat liat tak goyah
walau sekuat angin menerpa ia tetap berdiri perkasa.
Ia nelayan berpeluh garam siap berjuang untuk semua kolega
yang senasib dengannya.
Omongannya tajam, otaknya cemerlang, siap menusuk siapa yang menghadang.
Di meja debat senyumnya menyayat
Dengan logika data ia paparkan fakta
Kini semua pagar penahan gelombang
sepanjang yang ada dicabut paksa
semua nelayan bekerja sama
nelayan membantu sukarela tanpa memikirkan berapa jumlah angka diterima petugas lainnya bergaji dan dapat honor pula.
Begitulah kita, rakyat diiming-iming surga
semua jerih payah demi kemaslahatan bersama.
Kini Rubicon hilang dari pandang
tertimbun bambu di pembuangan
si bajingan sibuk mencari pembenaran
mencari orang yang hendak berkawan.
Mata netizen melotot
mencari-cari momok yang menjaga majikan.
4 Januari 2025
Gambar ilustrasi diolah oleh tim redaksi Majalahelipsis.id menggunakan Bing Image Creator.
Penulis: Ilhamdi Sulaiman
Editor: Muhammad Subhan