Artummi Sasih, tinggal di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Buku kumpulan puisinya berjudul Dari Luar Biloq Songkang (Bening Pustaka, Januari 2021) dan Sejumlah Peristiwa yang Hilang (Bening Pustaka, Februari 2021).
di hadapan keadaan, 1
CUACA kurusetra beserta sejumlah nama yang terlibat di dalamnya, telah menyingkir ke belakang yang jauh
diintimidasi oleh apa yang kautebaskan di jantung pertaruhan itu
tak ada ampun
sampai hitam
hingga tandas akal
pulang ke alamat terjauh
kuketuk pintu
di ranjok selatan
pintu milikmu
yang berusia 13 tahun dari titik tibaku
di matamu, kutemukan sungai lampau
mengalir ke dalam diri artummi
tak lain adalah jawaban bagi apa yang jauh sebelum ini jadi pemantik gelisah dan memicu berlangsungnya pertaruhan
kau jabat inginku. kujabat anganmu
kita: dua garis yang berawal dari titik yang sama
menentukan arah di hadapan sejumlah nama; nama-nama yang pandai mengambil ibrah, nama-nama yang mengintai-intai celah masalah, juga nama-nama bedebah
maka keguncangan itu, dan apa yang mereka sebarluaskan kemudian, kita maknai sebagai spam bagi peristiwa yang kita langsungkan
sudut pandang lain, dari posisi yang tidak kita pertimbangkan, dimunculkan oleh nama-nama yang kau kasihi
tentu ini jadi jeda. jadi titik tarik bagi apa-apa yang luput
walau hal itu masih bisa dilihat sebagai gradasi hitam-putih
dan kau sadar betul, pedang kurusetra masih ingin minta ditebaskan
juni 2024
di hadapan keadaan, 2
ia tunjuk juga titik itu
titik putih
titik dengung bagi artummi
tak ada ampun. apa-apa yang luput, mesti dibaca-baca lagi
kutatap mata itu
mata tua berwarna cahaya
mata yang seolah letih oleh pergerakan peristiwa sepanjang usia
begitu banyak pertanyaan di dalamnya
begitu banyak pembacaan
kutilik. tak kutolak
sebab mataku tak mampu melihat apa-apa yang di luar tubuh, dengan penuh
sebab airmataku lebih dulu menetes di titik itu
ia tunjuk juga titik itu
titik putih
titik pikir bagi kau-aku
jadi tanda bahwa apa yang telah kita selesaikan dalam gelap labirin di luar ranjok selatan itu, tak berusaha untuk coba dipahami, dicintai
betapa yang sejangkauan tangan, hanya bisa kita jangkau dengan angan
demi masa
demi murung matahari
juni 2024
ida menatapku
aku yang kuyup oleh segala siklus peristiwa, hanya bisa berkabar dengan rinci, seperti puisi yang ditulis seorang kekasih untuk kekasih sebelum patah hati
sebab yang aku ingini, kau dapati apa saja yang tidak aku miliki, di titik-titik yang sedari awal bisa kau lihat tak memulun muslihat
sedari awal, jauh sebelum pertaruhan itu, telah kubantu matamu melihat sampai ke ujung batas dari diriku, dengan cerita-cerita tak lengkap, dengan keriangan-keriangan di kejauhan, dengan sesekali tarikan napas panjang ini
juni 2024
Penulis: Artummi Sasih
Editor: Muhammad Subhan