Pesantren Ramadan SDN 35 Kinali: Guru Jadi Pendakwah, Murid Jadi Jamaah
Kegiatan pesantren setiap hari berakhir pada pukul 10.00 WIB. Waktu yang singkat ini menjadi salah satu tantangan bagi para guru dalam menyampaikan materi.

Oleh Puspa Dani
PESANTREN Ramadan menjadi momentum bagi para guru untuk berperan sebagai pendakwah, dengan jamaahnya adalah murid-murid sendiri. Semoga bernilai ibadah dan menuai pahala berlipat ganda.
SDN 35 Kinali, salah satu sekolah negeri di Kecamatan Kinali, terus melaju dan berkembang. Pesantren Ramadan di sekolah tersebut kini telah memasuki hari ke-8.
Kegiatan ini diikuti murid kelas tiga hingga enam dan dilaksanakan per kelas, sementara kelas satu dan dua belajar mandiri di rumah.

Setiap kelas didampingi tiga orang guru. Dua guru bertugas sebagai pemateri, sementara satu lagi mendampingi murid saat salat Duha dan tadarus Al-Qur’an.
Maka, berperanlah bapak dan ibu guru sebagai ustadz dan ustadzah, menyampaikan materi sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
“Agar bisa menyampaikan materi dakwah dengan baik—karena bukan guru agama—kita harus membaca dan mencari referensi,” ujar Idayanti, salah seorang guru di sana.
Menurut kepala sekolah, Doni Putra, para guru sangat antusias menyelenggarakan kegiatan pesantren Ramadan ini.
Berbagai inovasi diterapkan, termasuk pemanfaatan teknologi seperti IT, LCD proyektor, dan tablet.
Masing-masing kelas juga menggunakan speaker agar murid-murid bisa tampil maksimal.
Pendamping Satuan Pendidikan, Puspa Dani, menyempatkan diri mengunjungi kelas-kelas untuk melihat langsung jalannya kegiatan pesantren. Terlihat jelas bahwa murid-murid begitu bersemangat belajar, dan suasana keakraban pun terjalin erat.
Dalam setiap kelas yang dikunjungi, Puspa Dani mengajak murid-murid berdialog, sekaligus menyinggung tentang program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat.
Ia juga menginterviu murid mengenai bentuk pelaksanaan serta jurnal yang mereka gunakan.
Untuk mempertahankan kehadiran murid, sekolah menerapkan strategi khusus, salah satunya dengan memberikan reward. Namun, hadiah ini tidak dijanjikan sejak awal, melainkan diberikan setelah kegiatan berakhir.
Di kelas empat, Pendamping Satuan Pendidikan mengajak murid-murid bernyanyi lagu “Bulan Puasa, Bulan yang Mulia”. Suasana pun menjadi lebih semarak dan penuh kegembiraan.
“Murid kelas empat ini memang aktif-aktif,” ujar kepala sekolah, Doni Putra.
Sebelum pulang, murid-murid dibimbing untuk menghafal bacaan doa salat jenazah. Di akhir pelaksanaan pesantren, sekolah berencana mengadakan lomba, salah satunya lomba praktik salat jenazah.
“Di hari penutupan pesantren, akan dibagikan uang santunan untuk anak yatim, piatu, dan yatim piatu, termasuk anak-anak kurang mampu atau terlantar,” tambah Doni Putra.
Kegiatan pesantren setiap hari berakhir pada pukul 10.00 WIB. Waktu yang singkat ini menjadi salah satu tantangan bagi para guru dalam menyampaikan materi.
Jadwal pelaksanaan pun dipersingkat, dari rencana awal yang seharusnya berakhir pada 27 Maret, kini menjadi 20 Maret.
“Semoga dengan kegiatan pesantren ini, keimanan dan ketakwaan warga sekolah semakin bertambah, serta kebersamaan dan kekompakan semakin terjalin erat,” harap Doni Putra.
Kegiatan pesantren ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan dari tahun ke tahun setiap bulan Ramadan. Dukungan serta kerja sama dari semua pihak tentu sangat diharapkan agar program yang dirancang dapat berjalan sesuai harapan.
Puspa Dani, Pendamping Satuan Pendidikan di Dinas Pendidikan Pasaman Barat. Penulis, pegiat literasi, dan anggota FPL Pasaman Barat. Salah satu peserta Sekolah Menulis elipsis (SMe).
Penulis: Puspa Dani
Editor: Muhammad Subhan
-
-
Aamiin. Terima kasih apresiasinya. salam elipsis.
-
-
Luar biasa semangat anak-anak dalam mengikuti kegiatan pesantren ramadhan di SDN 35 Kinali. Guru kelaspun di latih untuk dapat dan bisa mendakwah di depan anak – anak.
-
Alhamdulillah. Terima kasih apresiasinya. Salam elipsis.
-
Semoga pesantren ramadhan adalah sebagai wadah, untuk meningkatkan ibadah guru dan siswa…..