Pentingnya Akidah, Adab, dan Ilmu dalam Membangun Peradaban
Dalam kehidupan, akidah, adab, dan ilmu adalah tiga pilar yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan.

Oleh Rizal Tanjung
DALAM kehidupan ini, manusia membutuhkan tiga pilar utama sebagai landasan dalam berkehidupan, yaitu akidah, adab, dan ilmu. Ketiga hal ini saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Akidah menjadi dasar keimanan, adab sebagai penghias kepribadian, dan ilmu sebagai bekal menjalani kehidupan. Namun, kenyataannya banyak orang lebih mendahulukan ilmu tanpa diiringi akidah dan adab yang baik. Padahal, kepintaran dan ilmu pengetahuan tanpa diiringi adab akan menjadi sesuatu yang berbahaya, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menata akidah, memperbaiki adab, dan menuntut ilmu agar kehidupan kita mendapat berkah dan rida Allah.
Akidah sebagai Pondasi Kehidupan
Akidah adalah keyakinan yang tertanam dalam hati tentang adanya Allah, keesaan-Nya, dan segala sesuatu yang menjadi ajaran dalam agama Islam. Akidah merupakan pondasi utama dalam kehidupan seorang muslim. Tanpa akidah yang kuat, manusia akan kehilangan arah dan tujuan hidup. Akidah menuntun manusia untuk menjalani kehidupan sesuai syariat Allah. Oleh karena itu, sebelum menuntut ilmu, penting bagi setiap individu untuk terlebih dahulu memahami dan memperkuat akidah dalam dirinya.
Ulama terdahulu sangat memperhatikan pembelajaran akidah sejak usia dini. Mereka menanamkan keimanan kepada Allah sebelum mempelajari ilmu-ilmu dunia. Dengan akidah yang kokoh, seseorang akan memiliki tujuan hidup yang jelas, yaitu mencari rida Allah dalam setiap amal perbuatannya. Akidah yang kuat akan menjadikan ilmu sebagai alat untuk memperbaiki kehidupan, bukan untuk kesombongan atau merugikan orang lain.
Adab sebagai Penghias Ilmu
Adab adalah perilaku baik yang mencerminkan kepribadian seseorang. Dalam Islam, adab memiliki kedudukan yang tinggi. Para ulama terdahulu mempelajari adab bertahun-tahun sebelum menuntut ilmu. Ada yang belajar adab selama lima belas tahun, dua puluh tahun, bahkan tiga puluh tahun lamanya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya adab dalam kehidupan seorang muslim.
Adab adalah cermin dari akhlak mulia. Seseorang yang memiliki adab akan dihormati oleh masyarakat meskipun ia hanya memiliki sedikit ilmu. Sebaliknya, orang yang berilmu tinggi namun tidak memiliki adab, hanya akan menjadi sosok yang sombong, angkuh, dan tidak bermanfaat bagi orang lain. Dalam sebuah pepatah Arab disebutkan:
“Adab di atas ilmu.”
Artinya, adab lebih penting daripada sekadar pengetahuan. Karena tanpa adab, ilmu yang dimiliki seseorang hanya akan menjadi kesia-siaan.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemui orang yang memiliki ilmu tinggi, tetapi tidak menghargai orang lain, berbicara kasar, dan merendahkan sesama. Orang seperti ini tidak akan pernah mendapatkan keberkahan dalam ilmunya. Masyarakat pun tidak akan menghormatinya meskipun ia memiliki banyak gelar dan pengetahuan. Sebaliknya, orang yang beradab meskipun ilmunya sedikit akan mendapatkan tempat di hati masyarakat.
Ilmu sebagai Cahaya Kehidupan
Ilmu adalah cahaya yang menerangi kehidupan manusia. Dengan ilmu, manusia mampu membangun peradaban, menciptakan teknologi, dan memperbaiki kualitas hidup. Namun, ilmu tanpa diiringi akidah dan adab akan menjadi pedang bermata dua. Ilmu tersebut bisa bermanfaat, tetapi juga bisa merusak kehidupan manusia.
Dalam sejarah, kita melihat banyak ilmuwan yang menjadi panutan karena ilmunya diiringi dengan akidah yang kuat dan adab yang mulia. Mereka tidak hanya cerdas, tetapi juga rendah hati, menghargai orang lain, dan menjadikan ilmu sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Contohnya, Imam Al-Ghazali, Ibnu Sina, dan Imam Syafi’i. Mereka adalah sosok-sosok yang dikenal karena keluasan ilmunya, tetapi juga karena akhlak dan adab mereka yang sangat mulia.
Sebaliknya, banyak pula orang yang memiliki ilmu tinggi, tetapi justru menjadi perusak di tengah masyarakat karena tidak memiliki akidah dan adab. Ilmu yang seharusnya menjadi sarana memperbaiki kehidupan, justru digunakan untuk menipu, menyebarkan kebencian, dan merugikan orang lain. Inilah bahayanya ilmu tanpa akidah dan adab.
Menyeimbangkan Akidah, Adab, dan Ilmu
Dalam kehidupan modern saat ini, banyak orang berlomba-lomba menuntut ilmu tanpa memperhatikan adab. Fenomena ini sangat memprihatinkan. Banyak generasi muda yang pintar, cerdas, dan berprestasi, tetapi kurang menghargai guru, orang tua, dan sesama. Mereka lebih mengutamakan pencapaian akademik daripada membangun akhlak dan karakter.
Oleh karena itu, kita sebagai umat muslim harus kembali menata diri. Menuntut ilmu adalah kewajiban, tetapi memperbaiki akidah dan adab adalah hal yang lebih utama. Sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Malik:
“Pelajarilah adab sebelum ilmu.”
Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa ilmu akan menjadi berkah jika didasari oleh akidah yang benar dan dihiasi dengan adab yang mulia.
Kita perlu mendidik generasi muda untuk menyeimbangkan antara akidah, adab, dan ilmu. Mulailah dari hal-hal kecil, seperti menghormati guru, bersikap sopan, jujur, dan tidak sombong. Jika ketiga pilar ini diterapkan secara bersamaan, maka akan lahir generasi ilmuwan dan pemimpin yang tidak hanya cerdas, tetapi juga menjadi suri tauladan bagi masyarakat.
Dalam kehidupan, akidah, adab, dan ilmu adalah tiga pilar yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Akidah menjadi pondasi, adab menjadi penghias, dan ilmu menjadi cahaya yang menerangi kehidupan. Ilmu tanpa adab hanya akan menjadi kesia-siaan, sedangkan adab tanpa ilmu akan menjadi kebodohan. Oleh karena itu, kita harus menata akidah, memperbaiki adab, dan menuntut ilmu secara seimbang agar kehidupan kita mendapatkan berkah dan rida Allah.
Mari kita mulai memperbaiki diri, menjaga akidah, memperbaiki adab, dan terus menuntut ilmu. Karena dengan ketiga hal ini, kita tidak hanya menjadi manusia yang cerdas, tetapi juga menjadi manusia yang berakhlak mulia dan bermanfaat bagi sesama. Semoga Allah selalu memberikan hidayah dan keberkahan dalam setiap langkah kita dalam menuntut ilmu.
Allahu Akbar! Semoga kita semua menjadi hamba-hamba yang berilmu, berakidah, dan beradab. Aamiin. []
Rizal Tanjung, seniman/budayawan Sumatra Barat.
Penulis: Rizal Tanjung
Editor: Muhammad Subhan