Oleh Jocelin Natalia
MALAM itu, hujan turun dengan derasnya, membasahi desa kecil di pinggir hutan. Langit gelap pekat, hanya sesekali disinari kilat yang menyambar. Di tengah kesunyian malam, sebuah rumah tua berdiri megah di ujung desa, rumah milik Pak Raden, seorang dukun yang terkenal sakti mandraguna.
Pak Raden duduk di ruang tamunya, merenungi nasib sambil memegang sebilah keris pusaka. Hidupnya yang penuh dengan aura mistis dan kekuatan supranatural, selalu dihiasi oleh berbagai cerita mistis dan pengabdian terhadap orang-orang yang memerlukan bantuannya. Malam itu, seperti biasa, ia menanti kedatangan tamu yang selalu datang dengan berbagai masalah.
Tiba-tiba, suara ketukan pintu terdengar, memecah kesunyian malam. Pak Raden meletakkan kerisnya di atas meja dan beranjak membuka pintu. Di depan pintu berdiri seorang pria muda dengan wajah penuh kecemasan. Pak Raden mengenal pria itu sebagai Anton, seorang pemuda yang baru saja pindah ke desa tersebut beberapa bulan yang lalu.
“Ada yang bisa saya bantu, Nak?” tanya Pak Raden dengan suara beratnya.
Anton mengangguk pelan, “Iya, Pak. Saya butuh bantuan Anda.”
Pak Raden mengangguk dan mempersilakan Anton masuk. Mereka duduk di ruang tamu yang dipenuhi berbagai benda pusaka dan jimat. Anton memandang sekeliling dengan kagum namun, kegelisahan di wajahnya tak juga hilang.
“Saya ingin meminta bantuan untuk pelet, Pak,” ujar Anton pelan.
Pak Raden mengerutkan kening, “Pelet? Untuk siapa? Kalau saya boleh saran lebih baik tidak usah. Jangan melakukan hal yang bukan menjadi garis takdirmu, Nak.”
Anton terdiam sejenak, seolah ragu untuk mengungkapkan tujuannya. “Untuk seorang wanita yang sangat saya cintai, Pak. Dia sudah menikah, tapi saya yakin dia adalah jodoh saya dan saya rasa apa yang saya lakukan ini sudah sesuai dengan garis takdir saya. Saya mohon Pak, tolong saya.”
Pak Raden menarik napas panjang. Ia tahu betul risiko dan konsekuensi dari menggunakan ilmu pelet. Namun, sebagai seorang dukun, ia merasa terpanggil untuk membantu. Tanpa menanyakan lebih lanjut, ia setuju untuk membantu Anton.
Malam berikutnya, Pak Raden mengadakan ritual pelet di ruangan khusus yang penuh dengan asap kemenyan dan mantra-mantra kuno. Anton duduk di sudut ruangan, menyaksikan dengan cemas. Pak Raden melafalkan mantra dengan khusyuk, mengarahkan energinya pada boneka kecil yang menjadi medium pelet.
“Sebagai syarat, bawa barang milik wanita itu semakin sering dipakai akna semakin bagus hasilnya,” kata Pak Raden.
Anton menyerahkan sebuah kalung kecil yang ia katakan milik wanita tersebut. Pak Raden menerima kalung itu dan mulai merapal mantra dengan intensitas yang semakin tinggi. Ruangan terasa semakin panas dan suasana semakin mistis. Setelah beberapa saat, Pak Raden menyelesaikan ritualnya dan menyerahkan boneka pelet kepada Anton.
“Pelet ini akan bekerja dalam waktu tujuh hari. Ingat, jangan sampai diketahui orang lain atau akibatnya akan sangat buruk bahkan mungkin kamu tidak akan pernah membayangkannya,” pesan Pak Raden.
Anton mengangguk dengan penuh keyakinan. Ia merasa langkah ini adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan cinta sejatinya.
Sepekan berlalu sejak ritual pelet dilakukan. Selama itu pula, istri Pak Raden, Dewi, mulai menunjukkan perubahan yang mencolok. Dewi yang biasanya lembut dan penyayang, tiba-tiba berubah menjadi dingin dan sering menghindar dari suaminya. Pak Raden merasa ada yang tidak beres namun, ia mencoba mengabaikan perasaan itu.
Suatu malam, Dewi tiba-tiba meminta cerai. Pak Raden terkejut dan merasa sangat terpukul. “Kenapa, Dewi? Apa salahku? Selama ini kita baik-baik saja, bukan?” tanyanya dengan suara gemetar.
Dewi hanya menunduk, tak mampu menjawab. Tanpa banyak bicara, ia mengemasi barang-barangnya dan meninggalkan rumah yang telah mereka tempati bersama selama bertahun-tahun.
Pak Raden merasa hancur. Ia tidak mengerti apa yang terjadi pada istrinya. Hatinya penuh dengan rasa sakit dan kebingungan. Namun, ia tidak pernah menyangka bahwa semua ini adalah akibat dari pelet yang ia buat sendiri.
Tak lama setelah perceraian mereka, Pak Raden mendengar kabar bahwa Dewi menikah lagi dengan seorang pria muda yang baru pindah ke desa. Ketika ia mendengar nama pria itu, darahnya mendidih. Anton! Pria yang pernah datang meminta bantuan untuk pelet. Semua mulai jelas bagi Pak Raden. Pelet yang ia buat ternyata untuk istrinya sendiri.
Pak Raden merasa dikhianati, bukan hanya oleh istrinya, tetapi juga oleh Anton. Rasa marah dan dendam membara dalam dirinya. Ia merasa harus melakukan sesuatu untuk membalas pengkhianatan ini.
Pak Raden merencanakan balas dendam dengan hati-hati. Ia menyiapkan berbagai ritual dan jimat untuk menghancurkan kehidupan Anton dan Dewi. Ia tahu betul bagaimana cara menggunakan ilmu hitam untuk menyakiti orang yang telah mengkhianatinya.
Malam itu, Pak Raden mengadakan ritual di tempat yang sama di mana ia membuat pelet untuk Anton. Ia memanggil roh-roh jahat dan mengirim kutukan kepada Anton dan Dewi. Suasana menjadi semakin menyeramkan ketika angin kencang bertiup dan suara lolongan anjing terdengar di kejauhan.
Keesokan harinya, Anton dan Dewi mulai mengalami berbagai kejadian aneh dan menakutkan. Mereka sering mendengar suara-suara misterius dan melihat bayangan-bayangan gelap yang menghantui rumah mereka. Hidup mereka berubah menjadi mimpi buruk.
Kutukan yang dikirimkan oleh Pak Raden semakin hari semakin kuat. Anton dan Dewi menjadi semakin tertekan dan ketakutan. Pada suatu malam yang mencekam, mereka ditemukan tewas di rumah mereka. Tubuh mereka menunjukkan tanda-tanda penderitaan yang luar biasa.
Berita kematian Anton dan Dewi segera menyebar ke seluruh desa. Semua orang merasa ngeri dan bingung dengan kejadian tersebut. Namun, Pak Raden tahu betul apa yang terjadi. Ia merasa puas dengan balas dendamnya, tetapi di dalam hatinya, ia merasakan kekosongan yang mendalam.
Setelah kematian Anton dan Dewi, Pak Raden merasa kehilangan yang amat sangat. Ia menyadari bahwa meskipun Dewi telah mengkhianatinya, ia masih mencintainya dengan sepenuh hati. Pak Raden bahkan masih menyimpan semua barang-barang kenangan yang diberikan oleh Dewi secara rapi. Rasa bersalah dan penyesalan mulai menghantuinya.
Pak Raden tidak bisa tidur dan makan dengan tenang. Bayangan Dewi selalu menghantuinya di setiap sudut rumah. Ia merasa seolah-olah Dewi memanggilnya dari alam lain. Perasaan cinta yang begitu dalam dan rasa bersalah yang begitu besar membuat hidup Pak Raden menjadi tak tertahankan.
Akhirnya, Pak Raden memutuskan untuk menyusul Dewi. Ia menyiapkan sebuah ritual terakhir, ritual yang akan mengakhiri hidupnya. Malam itu, di ruangan yang sama di mana ia pernah melakukan berbagai ritual, Pak Raden mengucapkan doa dan mantra terakhirnya.
Dengan penuh ketenangan, ia menghunus keris pusaka yang selalu menemani hidupnya. Dalam sekejap, hidupnya berakhir, dan rohnya melayang menuju tempat di mana ia berharap bisa bertemu dengan Dewi lagi.
Kisah Pak Raden, Anton, dan Dewi menjadi legenda di desa kecil itu. Orang-orang mengenangnya sebagai cerita tragis tentang cinta, pengkhianatan, dan balas dendam. Rumah tua milik Pak Raden kini kosong dan tak berpenghuni, namun banyak yang percaya bahwa arwah Pak Raden dan Dewi masih menghuni tempat itu menunggu siapapun yang bisa untuk janji sehidup semati selamanya. []
Jocelin Natalia. Dapat dihubungi di akun media sosial Instagram @jocelinnataliaa.
Penulis: Jocelin Natalia
Editor: Ayu K. Ardi