Ngopi di Kantor Pusat DPN PPWI

Seiring perjalanan waktu, PPWI secara nasional berkembang pesat. Cabangnya tumbuh di berbagai kota di Indonesia, bahkan mancanegara.

Oleh Muhammad Subhan

BERPUSAT di Belanda, “Kabar Indonesia” menjadi situs berita paling populer di zaman itu, sebelum marak media-media online lainnya. Di media ini, saya bergabung di tahun 2005 ketika masih aktif menjadi wartawan sebuah harian di Padang.

Redaktur Pelaksana (Redpel) “Kabar Indonesia” adalah Wilson Lalengke, S.Pd., M.Sc., M.A., lulusan pasca sarjana bidang Global Ethics dari Universitas Birmingham, Inggris. Akrab disapa Shony.

Setahun bergabung, saya menjabat Redaktur. Media sosial belum marak, kecuali Facebook. Itu pun masih tampilan jadul, fitur-fiturnya belum selengkap sekarang.

Tahun 2007 saya mengurus berita-berita “Kabar Indonesia” dari Kota Bukittinggi, karena ditugaskan redaksi koran tempat saya bekerja di sana, sebagai kepala perwakilan.

Tahun 2008, saya ditarik kembali ke Padang oleh kantor saya, tapi tak lama, sekitar tiga bulan kemudian, pindah lagi ke Padang Panjang, kota kecil yang rancak itu.

Di tahun 2007 itulah, Wilson Lalengke mendirikan Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI), sebuah organisasi yang memperjuangkan kebebasan pers dan hak-hak pewarta warga (citizen journalism).

Saya generasi pertama yang bergabung di PPWI lalu diberi mandat membawa PPWI ke Sumatera Barat, khususnya di Padang Panjang. Era tahun 2008—2010 terbentuk kepengurusan DPC PPWI Padang Panjang.

Di tahun-tahun itu, PPWI Padang Panjang banyak melakukan kegiatan pelatihan jurnalistik, menulis kreatif, dan kegiatan sosial lainnya.

Seiring perjalanan waktu, PPWI secara nasional berkembang pesat. Cabangnya tumbuh di berbagai kota di Indonesia, bahkan mancanegara.

Dulu, menjadi pewarta warga (citizen journalism) tidak terlalu familiar. Imej berita hanya bisa ditulis wartawan, kini tidak lagi. Siapa pun bisa menulis berita, seiring tumbuhnya media-media yang memberi ruang kepada “citizen journalism”. Tentu, walau begitu, syarat sebuah berita harus terpenuhi. Selain mengandung 5W + 1 H, harus juga berimbang.

Beberapa kali ke Jakarta, saya belum berkesempatan mampir di kantor DPN PPWI meski saat ke Sumatera Barat, Kanda Wilson selalu mengajak agar saya singgah ke kantor. Dan, siang kemarin, di tengah terik ibu kota Jakarta, kesempatan itu tiba. Saya datang ke kantor DPN PPWI di Kawasan Slipi. Sebelumnya saya telah menghubungi Kanda Wilson Lalengke, namun kebetulan, beliau sedang bertugas di Kalimantan. “Ditunggu di kantor, ada Kak Wina dan kawan-kawan,” ujarnya. Kak Wina Lalengke, S.Pd. adalah istri Kanda Wilson Lalengke yang juga menjabat Bendahara Umum DPN PPWI.

Di kantor DPN PPWI yang asri, saya ngobrol bersama Kak Wina yang menyuguhkan kopi madu asli Baduy. “Kopi tanpa gula, penggantinya madu,” ujar Kak Wina. Salah satu unit usaha DPN PPWI juga menjual madu asli dari Suku Baduy yang pemasarannya merambah ke berbagai kota di Indonesia.

Tentu, banyak obrolan siang itu, salah satunya membahas perpanjangan kartu keanggotaan PPWI saya yang kebetulan sudah kadaluarsa. Di samping itu, beberapa tim redaksi Majalahelipsis.id, media yang saya kelola, juga direncanakan akan didaftarkan sebagai anggota PPWI.

Meski tidak bersua Kanda Wilson, namun saya dapat berkomunikasi melalui video call. Alhamdulillah. Semoga Kanda Wilson, Kak Wina, dan keluarga sehat selalu dan sukses selalu. Terima kasih sambutan hangatnya. Ditunggu kembali di Padang Panjang. Salam kreatif.

Penulis: Muhammad Subhan

Editor: Neneng J.K.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan