Oleh Sankrea

Miaw! Miau!”

KUCING kecilku, Neko, sedari tadi mengeong terus. Padahal sejam yang lalu aku memberikannya makanan kalengan untuk kucing. Kuhampiri kucing kecilku yang gembul dengan bulu berwarna putih menggemaskan.

“Neko, mengapa kau mengeong terus, sih? Aku tak bisa berkonsentrasi menulis naskah, tahu.” Aku menggendong Neko yang sedari tadi terus mengeong di dekatku. Kuelus bulunya yang selalu kurawat dengan rajin.

Neko hanya menatapku begitu tubuh gembulnya berada dalam gendonganku. Bunyi ngeongnya yang menggemaskan sudah tak kudengar lagi. Dia tak menyahut apapun perkataanku meski sepertinya aku berkata panjang kepadanya.

“Mengapa tiba-tiba diam kamu? Apa masih ingin makan lagi?” Tanyaku yang menggendong Neko sembari bangkit berdiri dan bergegas menuju ke lemari tempat penyimpanan makanan Neko.

Meong! Meong!”

Pandangan Neko sepertinya jatuh pada… ikan sarden kaleng yang mungkin membuatnya ngiler.

Ngeong! Ngeong!”

Tatapnya sepertinya terus memandang pada ikan sarden kalengan yang terlihat sangat mengiurkannya. Aku tertawa gemas karena melihat tingkahnya. Meski Neko diam dan tak meloncat ke lemari itu, tetapi dia terus mengeong.

“Haha. Kamu ingin banget makan ikan sarden, Neko?”

Meong! Meong!”

Sepertinya untuk urusan makanan, Neko bisa mengerti apa yang aku tanyakan padanya. Memang Neko doyan sekali makan.

“Baiklah, aku akan mengambilkan untukmu. Ingat jika udah habis langsung tidur.”

Kucing gembul dalam pelukanku sepertinya tak mengubris perkataanku lagi. Aku hanya bisa mengambil kaleng tersebut dan menutup kembali lemarinya. Membawa Neko ke kembali ke kamar tidurku lalu aku menaruhnya ke bantal khusus kucing serta membukakan kaleng tersebut.

“Nih, jangan ganggu aku sampai aku menyelesaikan naskahku. Editor mendesakku mengirimkan padanya hari ini.” Sahutku sembari mengelus kepala Neko dan berharap agar kucing itu tenang sampai naskahku selesai aku ketik di komputerku.

Neko terlihat makan ikan sarden tersebut dengan lahap. Suara makannya terdengar bercampur dengan suara ketikan di keyboard komputerku.  Karena terlalu fokus dengan naskah yang aku kerjakan, aku sampai tak tahu butuh berapa lama Neko menghabiskan ikan tersebut karena perlahan suara makan Neko yang cukup keras tak kudengar. Namun, tak membuatku menoleh ke arah Neko hanya untuk memastikannya. Aku terlalu larut dalam naskahku sendiri.

Hingga, akhirnya aku berhasil menyelesaikan satu episode dan langsung mengirimkannya ke editorku. Aku merenggangkan tubuhku sebentar agar tidak kaku dan meraih ponsel pintarku yang ada di sisiku untuk melihat jam. Betapa terkejutnya jika jam di ponsel sudah menunjukkan pukul 5 sore. Astaga, aku terlalu sibuk sampai lupa memberikan Neko makan. Biasanya Neko mengeong jika jam 5 sore tidak kuberi makan.

Kuarahkan pandanganku untuk melihat Neko. Ternyata Neko tertidur setelah menghabiskan ikan sarden kalengan. Aku mendekat ke arahnya lalu mengelusnya dengan lembut serta membangunkannya. Kugoyangkan tubuhnya dengan lembut.

“Neko, ayo bangun. Sudah waktunya makan malam.”

Meong!”

Haha. Kamu lapar, ya? Makanya jadi bangun. Kalau gitu aku akan siapkan kamu makan.”

Neko mengikutiku ketika aku hendak keluar dari kamar tidurku. Dia tak berhenti mengekorku. Mungkin karena ingin cepat makan lalu tidur kembali. Sesampai di dapur, aku kembali membuka lemari khusus makanan Neko dan mencari makanan yang istimewa untuk Neko atas kerja kerasnya yang tak menganggu mengetik naskahku.

Tra… Ini hadiah untuk Neko karena mau tenang. Kucing gembulku yang pengertian.” Sahutku sembari memamerkan makanan yang akan kuhidangkan untuk Neko.

Terlihat sekali jika Neko tak sabaran untuk mencicipi makanan lezat ini. Aku senang ketika melihat Neko makan dengan lahap. Kucing kecilku yang imut, temani aku ketika kamu masih hidup.[]

Sankrea. Penulis terlahir di Surabaya, tahun 2002. Hobi menulis sastra berupa puisi, cerpen, syair, sajak, quotes, pantun, dan novel.

Gambar ilustrasi diolah oleh tim redaksi Majalahelipsis.id menggunakan teknologi AI.

Ikuti tulisan-tulisan Majalahelipsis.id di media sosial Facebook dan Instagram. Dapatkan juga produk-produk yang diproduksi Sekolah Menulis elipsis seperti hoodie, kaus, atau buku. Khusus pelajar, mahasiswa, dan kalangan umum berstatus pemula yang berminat belajar menulis kreatif dapat mengikuti kelas di Sekolah Menulis elipsis. Hubungi Admin di nomor WhatsApp 0856-3029-582.

Penulis: Sankrea

Editor: Asna Rofiqoh

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan