Oleh Ilhamdi Sulaiman

Tokoh: Ari Speed, seorang mahasiswa demonstran.

Latar: Ruangan gelap, hanya satu lampu redup menerangi Ari yang duduk terikat di kursi, tubuh penuh lebam.

Musik: Suasana kesepian yang pedih.

(Ari mengangkat kepalanya perlahan, darah menetes dari pelipis. Ia tertawa kecil, lirih, lalu mendesah panjang.)

Ari Seep: (Lirih) Aku lupa… hari ini… hari apa, ya? Siang? Malam? Aku cuma ingat suara itu. Suara sepatu laras menghantam aspal. Teriakan teman-temanku. Gas air mata yang menyengat mata, paru-paru… dan suara tonfa ini… (menunjuk luka di pipi).

(Tertawa kecil, batuk darah)

Aneh. Dulu aku pikir buku adalah senjata. Aku pikir pidato yang lantang bisa mengguncang dunia. Ternyata, lebih cepat menghancurkan tengkorak dengan popor senjata.

(Menatap ke atas, seolah berbicara dengan seseorang yang tak terlihat)

“Siapa dalangnya? Siapa yang bayar kalian?” Itu yang kautanya tadi, kan, Pak? Lucu… aku juga ingin tahu siapa yang bayar kalian. Siapa yang bisikkan perintah ke telingamu untuk menghancurkan suara-suara yang hanya ingin didengar?

(Menghela napas, menatap tangannya yang terikat)

Aku ingat pertama kali turun ke jalan. Panas terik, udara penuh harapan. Kami berjalan, meneriakkan kata-kata yang katanya “kebebasan berekspresi.” Tapi kebebasan yang kami punya hanya sebatas tali kekang yang kalian kendalikan.

(Tersenyum sinis)

Tahu enggak, Pak? Rasanya lucu, di depan gedung itu aku bicara soal pasal-pasal yang ingin mereka ubah, tapi di sini… satu pasal pun tak berguna. Hukum tidak masuk ke ruang gelap ini. Hanya ada ujung senapan dan tinju.

(Diam sejenak, mendengar langkah kaki di luar)

Bapak mungkin pikir aku takut. Mungkin pikir aku bakal menyerah, bakal teriak “saya salah, saya bayar.” Tapi sayangnya, Pak… aku tidak dijual. Aku tidak bisa dibeli.

(Nada suara menegas, penuh amarah)

Pukul aku sepuasnya! Hancurkan tubuhku! Tapi dengarkan ini: Aku bukan satu-satunya. Kami tidak sendiri. Di luar sana, suara lain sedang bangkit. Dan kalian? Kalian hanya bisa memukul dalam gelap, karena kalian tahu… kalian takut cahaya.

(Lampu berkedip, lalu padam. Gelap.)

TAMAT

Gambar ilustrasi diolah oleh tim redaksi Majalahelipsis.id menggunakan Bing Image Creator.

Penulis: Ilhamdi Sulaiman

Editor: Muhammad Subhan

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan