Membangun Identitas Budaya Melalui Desa Wisata
Sebagai daya tarik desa wisata, Istano Basa memperkenalkan budaya Minangkabau melalui arsitektur, seni tradisional, pakaian adat, dan kuliner khas.

Oleh Rini Sawitri
PELESTARIAN budaya lokal menjadi tantangan penting di era modernisasi. Desa wisata adalah solusi inovatif untuk menjaga identitas budaya, seperti yang dilakukan di Istano Basa Pagaruyung. Sebagai simbol kejayaan Minangkabau, istana ini tidak hanya menarik wisatawan tetapi juga menjadi sarana pelestarian adat, arsitektur, dan nilai budaya.
Istano Basa Pagaruyung, di Tanah Datar, Sumatera Barat, merupakan replika istana Kerajaan Pagaruyung abad ke-17. Dibangun ulang beberapa kali pasca kerusakan akibat perang dan kebakaran, istana ini menjadi ikon budaya Minangkabau dengan arsitektur gonjong, ukiran penuh filosofi, serta nilai gotong royong dan musyawarah.
Sebagai daya tarik desa wisata, Istano Basa memperkenalkan budaya Minangkabau melalui arsitektur, seni tradisional, pakaian adat, dan kuliner khas. Pengunjung dapat menyaksikan upacara adat, seni tari, serta mencicipi masakan tradisional seperti rendang. Peengunjung yang datang pun sudah merambat ke mancanegara, yang menjadikan itu sebagai peluang mempromosikan kebudayaan Minangkabau. Selain itu, masyarakat lokal berperan aktif dalam kegiatan wisata, meningkatkan ekonomi desa dan kesadaran budaya.
Peran Desa Wisata
- Seni dan Kerajinan Tradisional: Ukiran khas, tari piring, dan salawat dulang.
- Arsitektur: Rumah adat gonjong sebagai simbol keharmonisan.
- Pakaian Adat: Suntiang dan baju kurung sebagai simbol tradisi
- Kuliner Tradisional: Hidangan Minangkabau diwariskan secara turun-temurun.
Desa wisata meningkatkan kebanggaan masyarakat terhadap budaya lokal. Partisipasi aktif dalam pengelolaan pariwisata menciptakan peluang ekonomi melalui usaha berbasis budaya, seperti homestay, restoran, dan kerajinan. Edukasi dan interaksi budaya juga membantu generasi muda memahami tradisi leluhur.
Tantangan dan Peluang
Tantangan meliputi komersialisasi budaya, konflik kepentingan, dan keterbatasan dana. Namun, peluang muncul melalui kolaborasi pemerintah, masyarakat, dan swasta. Strategi seperti Satu Nagari Satu Event, promosi berkelanjutan, dan penguatan infrastruktur telah dilaksanakan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan serta kesejahteraan masyarakat.
Dengan pendekatan Community-Based Tourism, pariwisata berbasis masyarakat menjadikan warga sebagai subjek, bukan objek, dalam pengelolaan wisata yang berkelanjutan dan berbasis adat. []
Rini Sawitri, mahasiswa Antropologi Budaya ISI Padang Panjang angkatan 2022, berasal dari Solok Selatan, Sumatra Barat. Memiliki minat mendalam pada penelitian budaya, khususnya pelestarian dan pengembangan budaya lokal. Fokus penulis adalah menggali potensi tradisi Minangkabau melalui pendekatan antropologis untuk mendukung pelestarian dan penguatan identitas budaya Indonesia.
Penulis: Rini Sawitri
Editor: Neneng J.K.