Mahasiswa ISI Padang Panjang Tayangkan Film Dokumenter ‘Hukum Cambuk di Tanah Cut Nyak’

Film ini memberikan gambaran tentang penerapan hukum cambuk yang masih berjalan di Aceh hingga saat ini.

PADANG PANJANG, majalahelipsis.id—Mahasiswa Jurusan Televisi dan Film Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang, Inayati, sukses menggelar pemutaran film dokumenter berjudul “Hukum Cambuk di Tanah Cut Nyak” di Gedung M. Syafei, Kota Padangpanjang. Acara ini digelar Senin pagi pukul 10.30 WIB, bertepatan dengan doa dan peringatan 20 tahun tsunami Aceh.

Inayati, pengkarya film yang juga mahasiswi asal Aceh, menjelaskan bahwa film ini menggambarkan dinamika penerapan hukum cambuk di Provinsi Aceh.

“Film ini ingin memberikan gambaran bagaimana penerapan hukum cambuk yang masih berjalan di Aceh hingga saat ini, meski menuai perbedaan pendapat dari luar daerah dan luar negeri. Selain itu, film ini juga menyinggung keterkaitannya dengan isu pelanggaran HAM,” ungkap Inayati, yang tengah menyelesaikan tugas akhirnya di ISI Padang Panjang.

Inyati, mahasiswi ISI Padang Panjang. (Foto: Majalah elipsis)

Film ini menjadi satu-satunya karya yang ditayangkan dalam acara tersebut dan mendapat apresiasi dari berbagai kalangan. Menurut Inayati, “Hukum Cambuk di Tanah Cut Nyak” dapat dinikmati oleh semua kalangan karena bertujuan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya hukum Islam.

Acara ini dihadiri Penjabat Walikota Padang Panjang, Sonny Budaya Putra, AP., M.Si. Dalam sambutannya, pembawa acara Yuswinda menyebutkan bahwa pemutaran film ini juga merupakan bagian dari syarat penayangan karya tugas akhir mahasiswa ISI Padang Panjang di luar kampus.

Sekretaris Jurusan Televisi dan Film, Maisaratun Najmi, menambahkan bahwa pemutaran karya di ruang publik bertujuan mendekatkan hasil kreativitas mahasiswa dengan masyarakat.

“Kami berharap karya mahasiswa, baik tugas semester maupun tugas akhir, bisa dinikmati oleh publik sebagai bentuk pembuktian kemampuan mereka. Ini juga upaya mengenalkan ISI Padang Panjang sebagai institusi seni yang berkontribusi bagi masyarakat,” jelasnya.

Acara ini menjadi momen refleksi penting, tidak hanya untuk mengenang tragedi tsunami Aceh, tetapi juga sebagai wadah apresiasi atas karya seni yang edukatif dan inspiratif.

Penulis: Maksalmina

Editor: Muhammad Subhan

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan