Oleh Basyarul Aziz & Uswatun Hasanah
DALAM Rangka mendukung program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) mahasiswa Antropologi Budaya ISI Padang Panjang berpartisipasi dalam proyek kemanusiaan dan mitigasi bencana alam. Fokus kegiatan kali ini adalah menghadapi ancaman gunung meletus dan banjir lahar dingin yang sering terjadi di wilayah rawan bencana seperti Gunung Marapi.
Pada tanggal 11 Mei 2024 wilayah Sumatera Barat dilanda hujan dengan intensitas tinggi khususnya di Nagari Bukik Batabuah dan Sungai Pua. Banjir lahar dingin yang dipicu hujan deras di lereng Gunung Marapi menyebabkan korban jiwa, luka-luka, kerusakan parah pada infrastruktur dan pemukiman warga yang cukup signifikan, serta merusak lahan pertanian yang menjadi sumber penghidupan utama masyarakat setempat.
Program ini diawali dengan pelatihan mitigasi bencana bagi masyarakat yang tinggal disekitar aliran sungai yang berhulu dari Gunung Marapi. Mahasiswa bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Agam (BPBD) untuk melakukan sosialisasi kepada Masyarakat.
Mitigasi Bencana Banjir Lahar Dingin
Menurut UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi bencana. Mitigasi bencana banjir lahar dingin adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi resiko dan dampak banjir lahar dingin terhadap lingkungan.
Berikut beberapa langkah mitigasi yang dapat dilakukan:
1. Pra-Bencana (Sosialisasi)
Langkah yang dapat dilakukan sebagai Upaya meminimalisir korban jiwa. Pemerintah dan pihak terkait kebencanaan dapat melakukan sosialisasi tentang penanggulangan bencana, guna mengantisipasi kesiapsiagaan bagi masyarakat di sekitar Gunung Marapi dalam menghadapi bencana.
2. Saat Bencana (Tanggap Darurat)
Tahap ini disebut juga sebagai tahap tanggap darurat. Hal yang dapat dilakukan saat terjadi bencana tetap tenang dan jangan panik, menyelamatkan diri dengan menjauhi aliran sungai, mematikan aliran listrik, membawa perlengkapan yang sudah dipersiapkan seperti P3K, senter, air minum, uang cash dan dokumen penting. Berkumpul di lokasi titik kumpul dan melakukan kelengkapan anggota kelompok.
3. Pasca Bencana (Rekontruksi dan Rehabilitasi)
Tahap pasca bencana merupakan tahap rekonstruksi dan rehabilitasi. Pemerintah dan pihak terkait kebencanaan dapat melakukan pemasangan sistem pemantauan dan alat peringatan dini di daerah hulu Sungai dan lereng gunung, pemasangan rambu jalur evakuasi, pemerintah dapat membangun infrastruktur berupa bendungan dan tanggul di sepanjang aliran sungai yang berhulu dari Gunung Marapi, masyarakat dapat melakukan reboisasi terutama di titik-titik yang sudah gundul, melakukan penguatan tebing sungai, menormalisasikan sungai, pembuatan Sabo DAM, pengecekan dan pembersihan penyumbatan aliran sungai, membangun kembali bangunan dan jalan yang rusak.
Saat ini Nagari Bukik Batabuah masih dalam pemulihan pasca bencana banjir lahar dingin, dalam proses pasca bencana ini para pemerintah desa bekerja sama dengan NGO Jemari Sakato dan warga setempat untuk melakukan tiga kali kegiatan “Lokal Latih Antisipatif Inklusif Level Nagari” dan pada tanggal 25 November 2024 lembaga pemerintahan Bukik Batabuah bersama NGO Jemari Sakato, KSB, PMI, dan warga melakukan simulasi bencana banjir lahar dingin. Kejadian ini mengingatkan kita akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam, terutama di kawasan yang rawan bencana seperti gunung berapi.
Peran Mahasiswa
Peran mahasiswa dalam proyek kemanusiaan mencerminkan tanggung jawab mereka sebagai bagian dari generasi penerus bangsa, dengan semangat, kreativitas, dan ilmu pengetahuan yang mereka miliki, mahasiswa mampu memberikan dampak besar dalam menciptakan masyarakat yang lebih tangguh dan peduli.
Manfaat kegiatan proyek kemanusiaan ini bagi mahasiswa adalah peningkatan empati sosial, mahasiswa mendapatkan pengalaman langsung terjun di lapangan untuk berpartisipasi sosialisasi masyarakat, melalui proyek ini, mahasiswa dapat mengasah kemampuan komunikasi, kerja sama tim, problem-solving, dan kepemimpinan.
“Proyek kemanusiaan ini mengingatkan saya bahwa setiap orang memiliki peran penting dalam membantu masyarakat yang membutuhkan. Jangan pernah ragu untuk berbagi dengan saudara-saudara kita yang terdampak,” kata Aifa Maghfira, peserta MBKM Proyek Kemanusiaan.
”Saya sangat terkesan dengan semangat dan kerja sama yang ditunjukkan oleh seluruh tim yang berpartisipasi mulai dari saat bencana hingga pasca bencana. Ini adalah pengalaman yang akan saya kenang seumur hidup saya,” ujar Uswatun Hasanah peserta MBKM Proyek Kemanusiaan.
Mahasiswa (Program Studi) Antropologi Budaya ISI Padang Panjang memiliki komitmen untuk berkolaborasi dengan dunia industri yang bertujuan untuk menghubungkan mahasiswa Antropologi Budaya dengan industri kerja dengan begitu mahasiswa dapat memiliki kepekaan sosial, berkontribusi memalui program-program yang dibentuk untuk menjawab tantangan global, upaya untuk pembangunan berkelanjutan. (*)
Basyarul Aziz, Dosen Antropologi Budaya ISI Padang Panjang. Lahir di Trenggalek, 2 Juni 1993. Berdomisili di Kabupaten Trenggalek. Menyukai travelling dan membaca buku.
Uswatun Hasanah, mahasiswi ISI Padang Panjang. Berdomisili di Padang Panjang.
Penulis: Basyarul Aziz & Uswatun Hasanah
Editor: Muhammad Subhan