Oleh Suria Tresna

Wushh ….
Kamu tidak akan bisa melihat wajahnya ketika dia lewat, hanya bayangannya sekilas yang dapat memastikan bahwa itu adalah Ludwig, si ikan hiu. Pasti kali ini dia terlambat bangun lagi. Namun, Ludwid selalu membanggakan diri bahwa meskipun dia selalu bangun kesiangan, tetapi dia tidak pernah terlambat datang ke sekolah.

Ludwig adalah sang juara. Dia selalu memenangkan setiap perlombaan renang cepat di sekolah. Hal ini menjadikan Ludwig anak yang sombong. Dia sering mengolok Lili, si bintang laut yang bergerak lamban. Atau Ludwig akan tertawa sangat keras ketika berhasil memotong Toro, si timun laut saat perjalanan menuju sekolah.

Namun, keberuntungan tidak selamanya berpihak kepada Ludwig.
Brakkk ….

Keributan terjadi di suatu pagi yang cerah. Ludwig, si perenang ulung yang sedang terburu-buru berangkat ke sekolah tidak memperhatikan bahwa ada Popo, si penyu yang juga sedang berenang di depannya.

“Aduh, sakit ….” Ludwig merintih.

Semua orang yang lewat segera datang menolong dan membawa Ludwig ke rumah sakit. Kepala Ludwig memar dan siripnya terluka. Sementara Popo baik-baik saja karena terlindung cangkangnya yang keras.

Untuk beberapa hari ke depan, Ludwig terpaksa tidak bisa pergi ke sekolah karena siripnya yang masih berbalut perban belum bisa dipakai untuk berenang. Ludwig merasa sangat kesepian dan sedih karena hanya berdiam diri di rumah.

Ting tong ….

Ada yang datang, Ludwig dengan susah payah bangkit dari tidurnya untuk membukakan pintu. Ternyata di luar ada Ibu Guru dan teman-teman Ludwig yang datang untuk menjenguknya. Mereka membawa buah-buahan dan makanan kesukaan Ludwig.

“Maafkan aku, ya, Ludwig. Gara-gara aku, kamu jadi terluka seperti ini!” Popo yang juga ikut datang merasa sangat menyesal melihat keadaan Ludwig.

“Kamu tidak salah, Popo. Akulah yang ceroboh! Aku selalu telat bangun setiap hari, sehingga selalu terburu-buru berangkat ke sekolah.”

“Aku juga minta maaf, ya, Teman-Teman, karena sudah sombong dan sering menertawakan kalian!” Ludwig merasa malu karena Lili dan Toro yang sering diejeknya juga datang menjenguk.

Lima hari sudah Ludwig beristirahat di rumah. Setelah perban pada siripnya dibuka, Ludwig sudah bisa berangkat lagi ke sekolah.

“Pagi, Toro! Pagi, Lili!” Ludwig menyapa riang teman-teman yang berpapasan dengannya.

Mereka bersama-sama berenang dengan santai menuju ke sekolah. Sejak kejadian tabrakan itu, Ludwig bertekad untuk selalu bangun pagi agar dia bisa lebih menikmati hari-hari. Dan ternyata, bercengkerama dengan teman-teman itu membuat hati Ludwig terasa bahagia. Memang benar apa yang selalu Ibu Guru mereka bilang di sekolah, bahwa keseimbangan jiwa dan raga itu sangat penting. Ludwig pun sekarang menjadi lebih disenangi teman-temanya dan telah berhenti mengejek mereka.
*
Ludwig … Ludwig ….

Sorak sorai penonton di pinggir lintasan menyemangati Ludwig yang sedang mengikuti lomba renang antarsekolah. Kalau biasanya Ludwig hanya menikmati sendiri kemenangannya, berbeda dengan sekarang, semua teman-teman mendukungnya dengan sepenuh hati. Ludwig merasa sangat bahagia. Ludwig memeluk piala yang diperolehnya dengan perasaan haru. []

Hiu (Shark)

Sumber: BBC Magazine via inet.detik.com

Fakta Unik: Woarrr … pasti demikian Teman-Teman membayangkan suara yang keluar dari mulut hiu ketika membuka mulutnya! Namun, faktanya hiu tidak memiliki organ yang dapat menghasilkan suara. Sehingga, hiu adalah hewan yang pendiam. Hiu berkomunikasi menggunakan bahasa tubuh dengan cara berenang zig-zag, gemetar, atau menggerakkan rahangnya. Beberapa hiu melahirkan anaknya, namun beberapa jenis lain ada yang bertelur. Peneliti mengungkap bahwa hiu termasuk salah satu hewan tertua. Hiu sudah ada sebelum dinosaurus.

Daftar Pustaka:
Novena, Monika. dkk. (2023). “Fakta-Fakta Menarik Hiu, dari Tidak Bersuara hingga Dapat Hidup Lama”. Diakses pada 22 Januari 2025, dari www.kompas.com.

Suria Tresna. Saat ini aktif di Sekolah Menulis elipsis (SMe) dan Wong Indonesia Menulis (WIN). Beberapa karyanya sudah pernah dimuat media cetak lokal, media online, dan majalah digital elipsis. Ia juga telah menulis puluhan buku antologi berupa artikel, cerpen, pentigraf, fiksi mini, dan senandika. Aktif di Facebook dan Instagram: @Suria Tresna.

Gambar ilustrasi diolah oleh tim redaksi Majalahelipsis.id menggunakan Bing Image Creator.

Ikuti tulisan-tulisan Majalahelipsis.id di media sosial Facebook dan Instagram. Dapatkan juga produk-produk yang diproduksi Sekolah Menulis elipsis seperti hoodie, kaus, atau buku. Khusus pelajar, mahasiswa, dan kalangan umum berstatus pemula yang berminat belajar menulis kreatif dapat mengikuti kelas di Sekolah Menulis elipsis. Hubungi Admin di nomor WhatsApp 0856-3029-582.

Penulis: Suria Tresna

Editor: Ayu K. Ardi

Komentar

2 Komentar

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan