‘Living Legend’ 100 Tahun Dr. Tun Mahatir dengan Membaca dan Menulis

Kebiasaan literasi yang kuat menjadikan Mahathir tetap produktif dan berpengaruh bahkan di usia 100 tahun.

Oleh Bachtiar Adnan Kusuma

BENARKAH membaca buku dan menulis memperpanjang usia manusia?

Penulis mengemukakan dua presmis penelitian dan succes story dari Living Legend pengalaman literasi baca dan tulis pemimpin dunia yang berasal dari Malaysia, Dr. Tun Mahatir Mohamad, kini berusia 100 tahun (tepat pada 10 Juli 2025 mencapai usia 100 tahun). Penulis bersyukur karena pada 2012 bertemu dan berdiskusi langsung dengan Dr. Tun Mahatir Mohamad, tepatnya di Gedung UMNO Kuala Lumpur, Malaysia, dalam sesi seremoni Temu Penulis dan Penerbit Dunia yang diselenggarakan salah satu organisasi perbukuan Negara Malaysia.

Apa yang membuat Dr. Tun Mahatir Mohamad mencapai usia 100 tahun, tetap sehat, dan produktif masih membaca serta rutin menulis buku?

Kuncinya, kata Mahatir Mohamad, adalah terus membaca dan menulis sekaligus melayani wawancara dari berbagai media Internasional. Mahatir Mohammad mengakui, kalau sesungguhnya dengan membaca dan menulis rutin, mencegah seseorang dari penyakit pikun atau tulalit.

Selain itu, aktif menggunakan seluruh sistem tubuh dan memakai otak untuk bicara, berdebat, berargumen, semua ini akan mengaktifkan otak sehingga berfungsi dengan baik. Karena hanya dengan membaca dan menulis sesungguhnya mengolah dan mengaktifkan otak manusia agar berfungsi dan bergerak dengan baik.

Penulis mengidolakan Dr. Tun Mahatir Mohamad, pemimpin dunia yang tidak pernah habis pengaruhnya. Ia menulis pertamakali pada 1948 dengan menggunakan akal pikiran, otak, melalui membaca dan menulis.

Apa yang dikemukakan Tun Mahatir Mohamad dengan membaca dan menulis bisa memperpanjang usia, telah dibuktikan melalui penelitian dari Universitas Yale, Amerika Serikat. Hasilnya, berhasil meneliti 3.635 orang yang berusia 50 tahun, menegaskan bahwa membaca buku 30 menit setiap hari hidup lebih lama daripada mereka yang tidak membaca buku. Dan, bagi mereka yang membaca lebih dari 3,5 jam seminggu memiliki kemungkinan 23 persen lebih kecil mengalami kematian. Sementara yang membaca buku 3,5 jam seminggu memiliki kemungkinan 17 persen lebih kecil untuk mati.

Sementara itu, studi yang dilakukan para ilmuwan dari Universitas Sussex, Inggris, pada 2009 menemukan membaca buku selama enam menit dapat menurunkan tingkat stres sebesar 68 persen. Efeknya lebih kuat jika dibandingkan berjalan-jalan hanya 42 persen, meminum teh atau kopi 54 persen, atau mendengarkan musik 61 persen.

Apa yang dikemukakan Mahatir Mohamad dengan membaca dan menulis buku bisa memperpanjang usia manusia adalah benar. Pertanyaannya, mengapa kita masih saja tidak suka membaca buku?

Sekali lagi, penulis kembali mempertegas bahwa bangsa Indonesia telah jauh melompat ke masyarakat pasca literasi, sebelumnya berada pada iklim masyarakat pra-literasi. Padahal masyarakat literasi seharusnya bangsa Indonesia berada pada suasana dan kondisi berlama-lama, justru langsung melompat dari pra-literasi ke post-lietrasi.

Karena itu, cermin dan teladan tokoh dunia semisal Dr. Tun Mahatir Mohamad, telah berdamai sejak dini dengan literasi. Dan, inilah yang membuatnya bisa bertahan hingga 100 tahun usianya.

Mari kita berkaca pada Dr. Tun Mahatir Mohamad, membaca dan menulis menjadi terapi rutin memperpanjang usianya dengan pikiran-pikirannya yang masih segar dan produktif. Kendatipun usianya di tengah pusaran de zeven kruisjes.

Bachtiar Adnan Kusuma, Ketua Forum Nasional Penerima Penghargaan Tertinggi Nugra Jasadharma Pustaloka Perpustakaan Nasional.

Penulis: Bachtiar Adnan Kusuma

Editor: Muhammad Subhan

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan