Kurasi Ketat di Meja Redaksi, Ujian Kesabaran, dan Mutu Naskah

Kurasi ketat memastikan hanya naskah terbaik yang layak diterbitkan, tanpa memandang nama besar penulis.

Oleh Ayu K. Ardi

DI BALIK terbitnya sebuah tulisan di media massa, terdapat proses panjang yang tak kasatmata.

Sebuah naskah yang sampai ke meja redaksi tidak serta-merta langsung mendapat ruang tayang. Justru, di sinilah saringan ketat dimulai.

Redaktur tidak hanya berfungsi sebagai penyunting, tetapi juga sebagai kurator yang menentukan apakah sebuah naskah layak untuk diterbitkan.

Banyak hal yang dipertimbangkan sebelum sebuah tulisan mendapat tempat di halaman media, mulai dari kualitas naskah, orisinalitas, hingga konsistensi penulis dalam mengembangkan gagasannya.

Salah satu tantangan utama redaktur adalah menjaga kualitas tulisan yang diterbitkan. Media massa bukan sekadar ruang publikasi, tetapi juga platform yang memiliki standar tertentu.

Tidak semua naskah bisa lolos hanya karena memenuhi tema yang diinginkan.

Redaktur akan melihat sejauh mana tulisan itu memiliki daya tarik, keunikan, kedalaman analisis, serta gaya bahasa yang memikat.

Di tengah era digital yang serbacepat, godaan untuk menerbitkan tulisan sebanyak mungkin demi kuantitas bisa menjadi jebakan. Namun, media yang benar-benar menjaga kredibilitasnya tidak akan tergoda oleh hal tersebut. Sebaliknya, mereka lebih memilih menerbitkan sedikit tulisan yang bermutu tinggi daripada sekadar mengisi ruang dengan naskah yang dangkal.

Banyak penulis yang mengira bahwa jika naskah mereka belum dimuat setelah beberapa minggu, berarti naskah tersebut ditolak. Padahal, dalam media dengan kurasi ketat, sebuah naskah bisa disimpan dalam waktu yang cukup lama.

Beberapa media bahkan menahan naskah hingga enam bulan, satu tahun, bahkan lebih lama.

Ini bukan semata-mata karena redaktur lupa atau terlalu sibuk, melainkan bagian dari strategi untuk melihat komitmen dan kesabaran penulis.

Penulis yang terbiasa mengirim naskah ke berbagai media sekaligus sering kali tidak sabar menunggu. Ketika dalam kurun waktu tertentu naskahnya belum dimuat, ia akan menariknya dan mengirim ke tempat lain.

Hal ini yang membuat redaktur selalu waspada terhadap potensi pemuatan ganda.

Media yang kredibel tidak ingin mengambil risiko menerbitkan tulisan yang sudah dimuat di media lain. Oleh karena itu, ketelitian dalam memantau pergerakan naskah menjadi bagian dari tanggung jawab redaksi.

Dalam dunia kepenulisan, nama besar bukan jaminan mutlak untuk bisa lolos seleksi. Redaktur lebih menghargai konsistensi penulis dalam mengirimkan tulisan yang berkualitas.

Seorang penulis pemula yang tekun mengasah kemampuannya dan terus mengirimkan naskah dengan kualitas yang meningkat bisa lebih diperhitungkan daripada seorang penulis terkenal yang hanya sesekali mengirimkan tulisan seadanya.

Penulis yang sabar menunggu dan tetap aktif mengirimkan naskah lainnya akan lebih dihargai. Mereka yang tidak menyerah setelah beberapa naskahnya ditahan atau bahkan ditolak menunjukkan komitmen yang kuat.

Ini menjadi pertimbangan penting bagi redaktur, karena media tidak hanya mencari tulisan bagus, tetapi juga membangun hubungan jangka panjang dengan para penulis yang bisa diandalkan.

Tidak sedikit media yang menerbitkan sebuah naskah bertahun-tahun setelah dikirimkan. Hal ini bukan berarti naskah tersebut buruk atau dilupakan, tetapi karena redaktur menunggu momen yang tepat untuk menerbitkannya.

Sebuah esai opini, misalnya, mungkin akan lebih relevan jika diterbitkan pada momen tertentu yang sesuai dengan isu yang sedang hangat. Begitu juga dengan cerpen atau puisi, yang mungkin lebih tepat jika dimuat dalam edisi khusus.

Kesabaran penulis dalam menunggu adalah bagian dari perjalanan kepenulisan itu sendiri. Bagi mereka yang benar-benar ingin berkembang, proses ini adalah kesempatan untuk terus memperbaiki diri.

Sementara itu, bagi media, seleksi yang ketat bukan hanya untuk menjaga reputasi, tetapi juga untuk memastikan bahwa setiap tulisan yang terbit memiliki dampak dan makna bagi pembaca.

Kurasi ketat di meja redaksi bukanlah hambatan, melainkan penyaring yang memastikan hanya tulisan terbaik yang layak diterbitkan.

Bagi penulis, tantangan ini seharusnya menjadi motivasi untuk terus menghasilkan karya yang lebih baik, bukan alasan untuk menyerah atau mencari jalan pintas.

Sebab, dalam dunia kepenulisan, kesabaran dan konsistensi adalah kunci utama menuju keberhasilan.

Jangan ragu mengirim naskah ke Majalahelipsis.id. Pekan ini belum terbit? Mungkin pekan depan peluang itu tiba. Atau bulan depan. Atau sedikit lebih lama dari itu. Dan, semua ada waktunya.

Ayu K. Ardi, Pemimpin Redaksi Majalahelipsis.id.

Gambar ilustrasi diolah oleh tim redaksi Majalahelipsis.id menggunakan Photo Lab Picture Editor.

Ikuti tulisan-tulisan Majalahelipsis.id di media sosial Facebook dan Instagram. Dapatkan juga produk-produk yang diproduksi Sekolah Menulis elipsis seperti hoodie, kaus, atau buku. Khusus pelajar, mahasiswa, dan kalangan umum berstatus pemula yang berminat belajar menulis kreatif dapat mengikuti kelas di Sekolah Menulis elipsis. Hubungi Admin di nomor WhatsApp 0856-3029-582.

Penulis: Ayu K. Ardi

Editor: Muhammad Subhan

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan