Indonesia Gelap? Ada Apalagi?

Tagline seperti “Indonesia Darurat”, “Indonesia Cemas”, dan “Indonesia Gelap” muncul sebagai cerminan keresahan rakyat.

Oleh Asna Rofiqoh

BADAN Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Indonesia menggelar aksi demonstrasi di sejumlah kota besar, termasuk Jakarta, pada Senin, 17 Februari 2025.

Aksi ini lahir sebagai respons terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai tidak pro-rakyat.

Mahasiswa menuntut pemerintah untuk mengkaji ulang pemangkasan anggaran pendidikan, mengevaluasi program Makan Bergizi Gratis (MBG), menolak izin pengelolaan tambang oleh kampus, memperjelas hak-hak dosen ASN, serta menuntut penertiban Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) tentang Perampasan Aset.

Baca juga: Pagar Laut: Perlindungan atau Ancaman bagi Nelayan?

Tagline “Indonesia Gelap” yang digaungkan bukan berarti listrik padam di seluruh negeri, tetapi mencerminkan ketidakadilan yang dinilai semakin nyata.

Isu ini memicu reaksi publik, terutama karena kebijakan pemerintah dalam melakukan efisiensi anggaran di berbagai sektor.

Pemerintah memangkas anggaran yang dianggap kurang prioritas dan mengalihkannya ke program-program yang lebih mendesak.

Baca juga: Antropologi Digital di Sela-Sela Kehidupan Manusia

Sebagai contoh, kebiasaan oknum pejabat yang gemar melakukan studi banding ke negara-negara maju serta mengikuti seminar-seminar tanpa dampak nyata bagi rakyat kini mendapat sorotan tajam.

Anggaran perjalanan dinas ke luar negeri yang kerap dijadikan ajang menghamburkan uang negara mulai dipangkas.

Pertanyaannya, apa relevansi studi banding ke Australia, yang masuk dalam 10 besar negara maju dunia?

Indonesia memiliki tantangan berbeda, dan kebijakan yang diterapkan di sana belum tentu cocok dengan kondisi dalam negeri.

Baca juga: Fenomena Hastag #KaburAjaDulu, Apa yang Terjadi?

Sayangnya, sebagian pejabat masih memanfaatkan perjalanan dinas sebagai sarana rekreasi berkedok kerja.

Menanggapi aksi “Indonesia Gelap”, Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa Biaya Operasional Perguruan Tinggi (BOPTN), Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah, serta beasiswa tidak akan mengalami pemotongan.

Pernyataan ini menjadi angin segar bagi masyarakat, meskipun realisasi kebijakan tersebut masih sangat dinantikan.

Tagline seperti “Indonesia Darurat”, “Indonesia Cemas”, dan “Indonesia Gelap” muncul sebagai cerminan keresahan rakyat.

Namun, harapannya, Indonesia tidak hanya menjadi negara yang penuh dengan kritik dan kegelisahan, tetapi juga menjadi bangsa yang semakin baik dengan solusi konkret bagi setiap masalah yang ada. []

Asna Rofiqoh, penulis dan guru, menetap di Ponorogo, Jawa Timur.

Ikuti update terbaru tulisan-tulisan Majalahelipsis.id di media sosial Facebook dan Instagram. Dapatkan juga produk-produk yang diproduksi Sekolah Menulis elipsis seperti hoodie, kaus, atau buku. Khusus pelajar, mahasiswa, dan kalangan umum berstatus pemula yang berminat belajar menulis kreatif dapat mengikuti kelas di Sekolah Menulis elipsis. Hubungi Admin di nomor WhatsApp 0856-3029-582.

Penulis: Asna Rofiqoh

Editor: Muhammad Subhan

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan