In Memoriam: Syarif Hayatullah, Sosok Humoris dan Dedikasi Tanpa Pamrih di Kuflet

Syarif Hayatullah adalah sosok humoris yang tetap serius dan disiplin dalam mengelola organisasi. Dedikasinya di Komunitas Seni Kuflet membawa banyak perubahan dan menarik banyak anggota baru.

Oleh Sulaiman Juned

KOMUNITAS Seni Kuflet Kota Padang Panjang berduka. Alumni terbaik kami, Syarif Hayatullah, berpulang pada Kamis, 27 Maret 2025, bertepatan dengan 27 Ramadan 1446 Hijriah, pukul 18.00 WIB, di usia 28 tahun. Syarif menghadap Sang Khalik di saat umat Islam menunggu waktu berbuka puasa. Sebelum meninggal dunia, ia sempat dirawat di RSU Batusangkar. Syarif dimakamkan di kampung halaman pada Jumat, 28 Maret 2025.

Syarif Hayatullah lahir di Batusangkar, 8 Januari 1987. Saya mulai mengenalnya secara akrab sejak tahun 2006, ketika Syarif melanjutkan studi di Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP UMSB Kota Padang Panjang. Kebetulan, sejak tahun 1999 hingga 2013 saya mengajar di program studi tersebut.

Syarif Hayatullah (alm.). (Foto: Dok. Kuflet)

Syarif Hayatullah adalah mahasiswa yang aktif, kreatif, dan cerdas. Ia mampu mengelola organisasi dengan baik.

Di kampus, ia menjadi aktivis yang disegani. Kami sering berdialog mengenai manajemen organisasi dan diskusi akademik di luar kelas. Kebetulan, saya mengampu mata kuliah Telaah Puisi, Telaah Prosa, Telaah Drama, Sanggar Bahasa dan Sastra Indonesia, serta Jurnalistik. Hampir setiap kali saya berada di Kampus Kauman Muhammadiyah Padang Panjang, kami berdiskusi tentang pengelolaan organisasi dan manajemen diri.

Pemikirannya bernas dan tajam, selalu ingin melakukan gebrakan serta menghadirkan kebaruan dalam organisasi.

Keluarga besar Komunitas Seni Kuflet berziarah ke makam Syarif Hayatullah. (Foto: Dok. Kuflet)

Syarif semakin akrab dengan saya ketika ia resmi menjadi anggota tetap Komunitas Seni Kuflet pada tahun 2006. Enam bulan berproses di Kuflet, ia sangat rajin mengikuti latihan dasar serta diskusi rutin mengenai teater, film, seni rupa, dan sastra.

Namun, yang paling menarik baginya adalah pembahasan mengenai Manajemen Organisasi. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Syarif Hayatullah kemudian dipercaya sebagai salah satu pengurus harian di Komunitas Seni Kuflet. Pada tahun itu pula, dalam pemilihan struktur kepengurusan, terpilihlah Erianto sebagai Ketua Harian dan Syarif Hayatullah sebagai Sekretaris untuk periode 2006–2009.

Saat menjabat sebagai sekretaris, Syarif berhasil menarik banyak anggota baru ke Kuflet. Kemampuannya dalam mengelola manajerial organisasi sangat luar biasa. Ia serius, disiplin, tetapi juga memiliki selera humor yang tinggi.

Jarang sekali saya menemukan seseorang yang mampu memadukan keseriusan dan kedisiplinan dengan sifat humoris seperti dirinya.

Mungkin karena sifatnya itulah, banyak orang berduyun-duyun bergabung dengan Kuflet.

Anggota Kuflet saat itu berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari anak-anak SD, SMP, SMA, mahasiswa STSI (kini ISI Padang Panjang), mahasiswa FKIP Muhammadiyah, hingga masyarakat umum di Kota Padang Panjang. Semua ini berkat ketulusan dan dedikasi Syarif Hayatullah bersama Erianto dalam mengelola Kuflet dengan sepenuh hati.

Di masa kepemimpinannya, Kuflet berhasil mementaskan tiga karya teater, yaitu: “Jambo: Inong Bale” Karya dan sutradara Sulaiman Juned, dipentaskan di Gedung Nusantara STSI Padang Panjang pada 9 Desember 2009, “Siti Manggopoh” Karya Afrizal Harun, sutradara Yuniarni, dipentaskan di Gedung Hoerijah Adam STSI Padang Panjang pada 4 Juni 2010, dan “Menyama Braya”, Pertunjukan musik karya dan komposer I Dewa Nyoman Supenida.

Selain itu, pada 12 Mei 2010, lahir pula antologi puisi Surat karya saya sendiri, Sulaiman Juned.

Syarif tidak hanya aktif di dunia seni, tetapi juga mengabdikan dirinya sebagai Wali Jorong Babussalam, Pasie Laweh, Kecamatan Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.

Kerja keras, kedisiplinan, dan selera humornya yang khas membuat para anggota Kuflet merasa nyaman dan senang bekerja sama dengannya. Ia berhasil menciptakan suasana yang kondusif untuk berkembang dan berkarya.

Terima kasih, adikku, atas pengabdianmu untuk Kuflet. Beristirahatlah dengan tenang. Kami insyaallah akan selalu mendoakanmu. Saya tentu tak akan pernah lagi menyaksikan lelucon-leluconmu yang menghangatkan hati.

Selamat jalan. Semoga dirimu berada di surga Allah. Aamiin. Al-Fatihah …. []

Sulaiman Juned, sastrawan, esais, kolumnis, sutradara teater, dosen teater dan Pascasarjana ISI Padang Panjang, serta pendiri dan pimpinan Komunitas Seni Kuflet Kota Padang Panjang. Saat ini menjabat sebagai Ketua Majelis Adat Aceh (MAA) Perwakilan Sumatera Barat.

Penulis: Sulaiman Juned

Editor: Muhammad Subhan

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan