Hukum dan Pelaksanaan Puasa di Daerah Kutub

Di daerah kutub, yaitu Kutub Utara dan Kutub Selatan, peredaran matahari sangat berbeda dengan daerah lain di Bumi.

Oleh Fatatik Maulidiyah

SAAT ini sedang viral di berbagai media sosial dan media online tentang pelaksanaan puasa yang hanya berlangsung selama satu jam saja, yakni terjadi di wilayah bagian utara Rusia. Letaknya hampir berdekatan dengan Kutub Utara. Satu di antaranya adalah wilayah Murmansk, Rusia.

Beberapa kelompok Muslim berkumpul setelah sahur lalu menghitung bersama sampai menit-menit terakhir menjelang berbuka puasa. Di antara sekelompok itu juga terdapat orang Indonesia. Sebagai daerah yang memiliki peredaran matahari yang tidak normal, hal ini sangat berpengaruh dengan pelaksanaan ibadah salat lima waktu dan puasa.

Bagaimanakah fikih menyikapi pelaksanaan ibadah bagi umat Islam yang berada di daerah Kutub Utara?

Untuk mengulas istinbat hukum pelaksanaan ibadah khusus daerah kutub sebenarnya para ulama mutakhirin (modern) sudah membahasnya. Dimulai dengan mengenali karakteristik daerah tersebut.

Di daerah kutub, yaitu Kutub Utara dan Kutub Selatan, peredaran matahari sangat berbeda dengan daerah lain di Bumi. Hal ini disebabkan oleh kemiringan sumbu Bumi terhadap orbitnya mengelilingi Matahari.

Di antaranya adalah:

Malam dan Siang yang Ekstrem

Di Kutub Utara lazim terjadi adanya Matahari di tengah malam. Selama musim panas, Matahari bisa bersinar selama 24 jam tanpa terbenam, yang disebut Midnight Sun (Matahari Tengah Malam). Fenomena ini terjadi selama beberapa bulan, misalnya di Norwegia, Swedia, Finlandia, Kanada, dan Rusia bagian utara.

Adanya fenomena “Malam Kutub (Polar Night)”

Sebaliknya, saat musim dingin, daerah kutub mengalami kegelapan terus-menerus selama beberapa bulan tanpa matahari terbit, yang dikenal sebagai Malam Kutub.

Durasi Siang dan Malam yang Tidak Normal

Di dekat lingkaran kutub, siang dan malam masih dapat berganti meskipun dengan durasi yang tidak seimbang. Makin mendekati titik kutub, perubahan ini semakin ekstrem, dengan satu hari yang bisa berlangsung selama enam bulan siang dan enam bulan malam.

Kondisi geografis ini menyebabkan tantangan dalam menentukan waktu ibadah, termasuk puasa dan salat, sehingga ulama memberikan berbagai ijtihad agar umat Muslim dapat menjalankan ibadah dengan lebih mudah.

Hukum Puasa dan Pelaksanaannya di Daerah Kutub Menurut Para Ahli Fikih Modern

Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dijalankan oleh umat Muslim selama bulan Ramadan. Dalam pelaksanaannya, puasa dimulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Namun, bagaimana hukum dan pelaksanaan puasa bagi umat Muslim yang tinggal di daerah kutub, di mana matahari bisa bersinar selama 24 jam atau sebaliknya, tidak terbit sama sekali dalam waktu yang lama sebagaimana yang saat ini viral tentang mereka melaksanakannya hanya dalam satu jam. Lalu bagaimana dengan pelaksanaan salat lima waktu?

Perintah puasa dijelaskan pada QS. Al Baqarah 183 yang berbunyi: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

Sedangkan durasi pelaksanaan puasa difirmankan Allah Swt. pada QS. Al Baqarah 187: “Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.”

Berkaitan dengan daerah kutub yang tidak normal, bahwa peredaran terbit-tenggelamnya matahari tidak hanya singkat tetapi ada juga yang lama (ekstrem), maka ada ijtihad hukum berkaitan dengan hal tersebut antara lain yang juga disampaikan oleh beberapa ahli fikih; Syaikh Wahbah az-Zuhaili (Suriah), Syaikh Yusuf al-Qaradawi (Qatar), dan Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub (Indonesia), yakni:

  1. Mengikuti Waktu Makkah atau Madinah

Sebagian ulama, termasuk Majelis Fatwa Eropa, menyarankan agar umat Muslim di daerah kutub mengikuti waktu puasa berdasarkan Makkah atau Madinah. Hal ini dikarenakan kedua kota tersebut merupakan pusat utama Islam dan memiliki waktu yang stabil untuk menjalankan ibadah.

  1. Mengikuti Waktu Negara Terdekat yang Memiliki Siklus Normal

Pendapat lain menyatakan bahwa Muslim yang berada di daerah kutub bisa mengikuti jadwal puasa berdasarkan negara terdekat yang memiliki waktu siang dan malam yang normal. Misalnya, Muslim di Norwegia bagian utara dapat mengikuti waktu puasa kota-kota di Norwegia Selatan atau negara Skandinavia lain yang memiliki durasi siang dan malam yang wajar.

  1. Puasa dengan Pembagian Waktu Proporsional

Beberapa ulama juga mengusulkan metode perhitungan waktu puasa secara proporsional berdasarkan rata-rata waktu puasa di daerah lain yang memiliki siang dan malam normal. Metode ini bertujuan agar tidak memberatkan umat Muslim yang tinggal di daerah ekstrem.

Hal ini juga merujuk pada sabda Rasulullah saw.: “Sesungguhnya agama itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulit agama kecuali ia akan dikalahkan.” (HR. Bukhari No. 39)

Jadi sebenarnya terkait postingan seorang pemandu wisata di Kota Murmansk, Rusia, tentang pelaksanaan puasa dengan durasi satu jam dengan mengacu pada puasa dilaksanakan mulai terbit fajar dan tenggelam matahari yang berlangsung satu jam itu tidak benar. []

Fatatik Maulidiyah, Guru Al-Qur’an Hadis dan Ilmu Tafsir MAN 2 Mojokerto.

Sumber gambar ilustrasi dari Instagram @Heraldindonesia

Ikuti tulisan-tulisan Majalahelipsis.id di media sosial Facebook dan Instagram. Dapatkan juga produk-produk yang diproduksi Sekolah Menulis elipsis seperti hoodie, kaus, atau buku. Khusus pelajar, mahasiswa, dan kalangan umum berstatus pemula yang berminat belajar menulis kreatif dapat mengikuti kelas di Sekolah Menulis elipsis. Hubungi Admin di nomor WhatsApp 0856-3029-582.

Penulis: Fatatik Maulidiyah

Editor: Adisman Libra

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan