Hubungan Bako dan Anak Pisang setelah Kematian Ayah

Hubungan antara bako dan anak pisang sering merenggang setelah orang tua meninggal. Islam mengajarkan agar tetap menjaga silaturrahim sebagai bentuk bakti kepada orang tua yang telah tiada.

Oleh Muhammad Jamil

ALLAH Swt. berfirman dalam QS. Lukman ayat 14, yang artinya: “Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. (Wasiat Kami,) ‘Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.’ Hanya kepada-Ku (kamu) kembali.”

Setelah amak jo apak meninggal, sering kali hubungan komunikasi antara bako dan anak pisang merenggang, bahkan ada juga yang mulai berselisih paham atau batangka. Pertengkaran biasanya dipicu jika yang meninggal adalah mamak atau ayah yang lai barado (kayo)—baik kayo pitih ataupun kayo harato, apalagi kalau mamak bagala datuak yang memegang atau mamakai harato pusako seperti sawah, abuahan, dan lainnya.

Kadang, karena pihak bako (kerabat ayah) kurang sabar, ada yang main rampeh (merampas paksa harta pusaka yang selama ini dipakai oleh mamak yang meninggal), tanpa menjaga perasaan anak mamaknya atau anak pisangnya. Akibatnya, kasus seperti ini membuat hubungan antara bako dengan anak pisang menjadi renggang atau bahkan menyimpan kesumat.

Kalaupun tidak ada kasus seperti itu, ada juga kerenggangan karena tidak terjalinnya lagi silaturahim kedua belah pihak, padahal Islam/syarak mengajarkan: salah satu bentuk berbuat baik kepada orang tua yang sudah meninggal adalah dengan tetap menjalin hubungan dan komunikasi serta silaturahim dengan dunsanak ayah atau bako anak pisang. Jangan sebaliknya. Jika yang terjadi adalah sebaliknya, berarti sang anak tergolong durhaka kepada orang tuanya.

Setidaknya, ada beberapa hal yang perlu dijaga pasca meninggalnya orang tua kita.

Jika orang tua sudah meninggal, kita bisa berbakti kepada mereka dengan:

  1. Mendoakan kedua orang tua
  2. Meminta ampunan Allah untuk kedua orang tua
  3. Menunaikan janji yang belum terselesaikan semasa hidupnya
  4. Menjaga silaturrahmi dengan kerabat orang tua
  5. Menjaga kehormatan dan menutupi aib orang tua
  6. Bersedekah atas nama orang tua
  7. Melakukan ziarah kubur
  8. Meneladani sifat baik orang tua
  9. Menjaga nama baik orang tua
  10. Menyebarkan ilmu yang diajarkan oleh orang tua

Selain itu, kita juga bisa: memenuhi utang mereka, memuliakan teman dekat kedua orang tua, selalu rukun dengan saudaranya, beramal atas nama orang tua, melakukan sedekah jariyah, menjaga aib orang tua (sama dengan menjaga aib diri sendiri), mengenang kebaikan mereka, dan menceritakan hal-hal baik yang telah mereka lakukan.

Dan yang lebih penting lagi adalah: “Mintakanlah ampun atas segala kesalahan mereka kepada Yang Maha Pengampun.”

Hadis menyebutkan bahwa di antara amal yang tidak terputus adalah anak saleh yang mendoakannya.

Namun, ada hal yang sangat penting, yakni menjaga kerukunan badunsanak baradiak kakak, agar dalam keluarga, anak-anak yang ditinggalkan tetap sadanciang bak basi, saciok bak ayam dalam memupuk raso kekeluargaan, sehingga ada waktu tertentu nanti untuk bersama-sama menziarahi makam orang tua, sambil mengenang jasanya dan menghantarkan doa untuknya kepada Yang Maha Kuasa.

Semoga kekerabatan akan tetap langgeng… sampai ke surga… Aamiin. []

Muhammad Jamil, praktisi adat dan budaya Minangkabau, menetap di Padang Panjang.

Penulis: Muhammad Jamil

Editor: Muhammad Subhan

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan