Oleh Muhammad Subhan

SEANDAINYA seorang manusia tidak memiliki dua tangan, kiri dan kanan, bagaimanakah rupa manusia itu?

Tentu kondisinya sangat memprihatinkan, bukan?

Sudah dapat ditebak, orang tersebut tidak dapat beraktivitas sempurna. Ia disebut manusia cacat. Orang lain pun prihatin atau takut melihat kondisinya.

Maka, sangat bergunalah kedua tangan di tubuh manusia. Bentuknya rancak pula. Benar-benar sebuah desain Mahasempurna yang tak mungkin mampu diciptakan oleh seorang manusia paling jenius sekalipun. Kalaupun manusia bisa membuat tangan, hanya tangan palsu namanya. Tak berfungsi sama sekali. Juga tak memiliki roh yang bisa menggerakkannya. Kecuali digerakkan mesin.

Lihatlah kedua tangan di tubuh kita, panjangnya seimbang. Tidak pendek sebelah, atau panjang sebelah. Di ujung kedua tangan itu dilengkapi jari-jari yang elok bentuknya. Lima jari di tangan kanan, lima jari pula di tangan kiri. Cocok benar. Tak terbayang jika yang kanan punya jari lebih dari lima , dan yang kiri kurang dari lima, tentu buruklah bentuknya. Atau jika kedua tangan itu tidak berjari, bentuk bulatan saja di ujung keduanya, tentu takut pula orang melihatnya.

Adanya kedua tangan itu, mudahlah manusia melakukan aktivitas kesehariannya. Tangan bisa digunakan mengangkut barang, menjinjing, mengetik, memukul, menggerakkan cangkul, menunjuk, dan lain sebagainya. Jika tanpa tangan tentu semua aktivitas itu tidak bisa dikerjakan. Besarlah jasa kedua tangan bagi diri manusia.

Pembagian kerja kedua tangan ini pun ternyata telah diatur sedemikian rupa. Tangan kanan digunakan untuk hal-hal baik, misal bersalaman, mengambil makanan, mengusap kepala anak yatim, menggerakkan pena menulis, dan juga memberi penghormatan kepada bendera. Sedangkan tangan kiri lumrah digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan kebersihan, misalnya membersihkan kotoran habis buang hajat atau mengupil lubang hidung. Namun demikian, tangan kanan yang lebih terhormat tugasnya tidak pernah sombong kepada tangan kiri. Tangan kiri pun sabar mengerjakan tugas-tugas kesehariannya.

Kesabaran tangan kiri tentu berbuah hasil. Logam mulia (emas) berupa cincin ataupun gelang sering disematkan orang di tangan kiri, bukan di tangan kanan. Demikian juga jam tangan, tangan kirilah tempatnya. Agak ganjil kalau diletakkan di tangan kanan. Benda-benda mulia yang dilekatkan manusia di tangan kiri itu, tak pula diprotes tangan kanan. Tangan kanan agaknya maklum, benda-benda perhiasan itu layak mendapat tempat di tangan kiri.

Bayangkan pula seandainya kedua tangan ini tidak akur. Tentu buruklah aktivitas yang dilakukan keduanya. Ganjil kata orang. Ketika tangan kanan memberi hormat kepada bendera, lalu tangan kiri ikut pula memberi hormat, entah apa jadinya. Tertawalah orang melihatnya. Begitupun, jika manusia berjalan lalu kedua tangan melenggang ke depan bersama-sama dan melenggang ke belakang bersama pula, bentuk robot jalan manusia itu. Makin bertambah terbahak tawa orang melihatnya. Bisa dibilang orang, awak sudah gila! Maka, keakuran kedua tangan itu, saling menjalankan fungsinya masing-masing, menambah cantik rupa keduanya.

Jika manusia belajar dari kearifan tangan kanan dan tangan kiri ini, alamat damailah dunia. Manusia akan saling harga-menghargai satu sama lain, hormat-menghormati, dan tak ada lagi perang yang menumpahkan banyak darah dan korban nyawa.

Di dunia ini, Tuhan tidaklah menciptakan manusia satu bangsa saja, melainkan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, yang tujuannya agar umat manusia saling kenal mengenal. Sudah pasti, dalam berbagai bangsa dan suku itu, satu sama lain masing-masing punya perbedaan; keyakinan, cara berpikir, kebudayaan, adat istiadat, bahasa, selera makanan, warna kulit, warna rambut, dan lain sebagainya. Sudah menjadi tanggung jawab moral seluruh umat manusia untuk saling menghormati semua perbedaan itu. Bukan mencari celah untuk saling salah-menyalahkan, menyatakan diri paling benar. Sebab kebenaran hanya milik Tuhan semata. Namun, semua manusia selalu dituntun untuk mencari jalan kebenaran agar mereka tidak tersesat di dunia.

Sungguh, Allah Swt. benar-benar Sang Arsitek Ulung, yang telah menciptakan sebaik-baik bentuk kedua tangan manusia lalu memberikan hikmah penciptaannya. Selayaknya dengan kedua tangan itu, manusia saling tolong-menolong dalam kebaikan dan saling mencegah dalam keburukan (amar makruf nahi mungkar). (*)

Penulis: Muhammad Subhan

Editor: Abi Pasya

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan