“Dua Dekade Tsunami Aceh” di Padang Panjang: Mengingat Duka, Menumbuhkan Harapan
Musibah itu menjadi pengingat tentang kekuatan kebersamaan dalam menghadapi tragedi bencana.

PADANG PANJANG, majalahelipsis.id—Gedung M. Syafe’I Padang Panjang menjadi saksi bisu peringatan 20 tahun bencana tsunami Aceh yang digelar Forum Keluarga Aceh Pabasko (Padang Panjang, Batipuah, X Koto) bersama Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Aceh (IPMA), Senin (30/12/2024). Acara tersebut tidak hanya menjadi momen mengenang tragedi, tetapi juga menyuarakan semangat kebersamaan dan refleksi kolektif untuk masa depan.
Penjabat Wali Kota Padang Panjang, Sonny Budaya Putra, A.P., M.Si., dalam sambutannya, mengungkapkan harapannya agar acara ini menjadi ruang refleksi yang mendalam.

“Saya yakin bahwa pelaksanaan kegiatan ini bukan untuk membuka kesedihan dan luka lama, melainkan sebagai momen refleksi untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kebersamaan, ketangguhan, dan solidaritas dalam menghadapi bencana,” ujarnya.
Dua dekade telah berlalu sejak tsunami memporakporandakan pesisir barat Aceh, merenggut lebih dari 200 ribu nyawa dan meninggalkan luka mendalam. Namun, bencana ini juga menjadi pengingat tentang kekuatan kebersamaan dalam menghadapi tragedi.

“Bencana besar ini menjadi memori kelam bagi masyarakat Aceh, tetapi juga menjadi pelajaran besar bagi kita semua. Kita belajar tentang kesiapsiagaan, kesabaran, keikhlasan, dan kebersamaan. Semangat kebangkitan Aceh adalah inspirasi yang harus terus kita pelihara,” lanjut Sonny.
Dalam tausyiahnya, Buya Drs. H. Hamidi mengajak hadirin merenungkan hikmah di balik musibah tersebut.
“Musibah ini adalah ujian dari Allah. Bagi mereka yang menjadi korban, insyaAllah mereka adalah syuhada. Dan bagi kita yang hidup, mari jadikan peristiwa ini sebagai pengingat untuk selalu bersyukur, memperbaiki diri, dan saling membantu sesama,” tuturnya dengan penuh haru.

Ketua FKA Pabasko, drh. Wahidin Buruh, menekankan pentingnya persaudaraan dan solidaritas dalam menghadapi bencana.
“Hari ini, kita berkumpul bukan hanya untuk mengenang, tetapi juga untuk merenungkan hikmah di balik musibah. Kita diingatkan bahwa hidup adalah tentang memberi, membantu, dan menjaga hubungan baik antar sesama,” katanya.

Sementara Ketua Pelaksana, Lettu (Inf.) Zulkifli, menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang berkontribusi dalam acara ini.
“Dukungan dari Pemerintah Kota Padang Panjang, masyarakat Aceh, dan para donatur sangat berarti. Kebersamaan ini adalah bukti bahwa kita tidak pernah sendiri dalam menghadapi cobaan,” ucapnya.
Acara ini juga diramaikan oleh pameran lukisan, fotografi, dan pemutaran film pendek. Dua puisi menyentuh hati dibacakan, yaitu “Seribu Kubur Seribu Cahaya” karya Muhammad Subhan dan “Aku Tabur Bunga di Pusara Bernama Aceh” karya Sulaiman Juned, yang membuat suasana haru begitu terasa.

“Mari kita kirimkan doa kepada para korban tsunami Aceh dan jadikan peringatan ini sebagai momentum untuk memperkuat iman dan meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana di masa depan,” tutup Sonny Budaya Putra dalam pesannya.
Acara yang juga dihadiri oleh unsur Forkopimda Kota Padang Panjang, pengurus IKA-TSK Sumatera Barat, pengurus Aceh Sepakat, dan warga Aceh yang berdomisili di Sumatera Barat ini menjadi bukti bahwa duka dapat menyatukan dan menguatkan.
Dua dekade berlalu, namun semangat kebersamaan dan solidaritas yang lahir dari tragedi ini terus hidup, menginspirasi generasi muda untuk melanjutkan perjuangan dalam membangun masa depan yang lebih baik.
Penulis: Muhammad Subhan
Editor: Abi Pasya
-
Ping-balik: Sambut Ramadan, Forum Keluarga Aceh Pabasko Gelar Wirid Bulanan - Majalahelipsis.id
-
Ping-balik: "Beton Sakti", Film Kolaborasi Jerman-Aceh Diputar Perdana di ISBI Aceh - Majalahelipsis.id