Di Balik Meja Redaktur: Bagaimana Sebuah Karya Dinilai?

Menjadi redaktur bukan sekadar membaca dan menilai. Ia juga seorang penjaga gawang media tempat ia bekerja.

Oleh Muhammad Subhan

ALAT ukur dasar seorang redaktur saat membaca sebuah naskah adalah curiga!

Sikap ini bukan karena ia tidak percaya pada penulis, tetapi karena ia harus menjaga kredibilitas media yang ia kelola.

Ia harus teliti, setajam penyidik di kepolisian, sewaspada jaksa, dan sebijak hakim di pengadilan.

Jika tidak, ia bisa kecolongan.

Bayangkan, jika polisi menerima setiap pengakuan begitu saja, maling bisa dengan mudah mengelak.

Begitu juga dengan redaktur. Jika ia tidak curiga, bisa jadi naskah yang ia terima adalah hasil plagiasi, sudah dimuat di media lain, atau malah ditulis oleh kecerdasan buatan (AI).

Kesalahan sekecil apa pun bisa merusak integritas sebuah media.

Maka, seorang redaktur bukan hanya membaca, tetapi juga menyelidiki.

Ia memeriksa latar belakang penulis, mencari jejak karyanya, dan mencocokkan gaya bahasanya.

Jika ada yang janggal, ia akan menelusuri lebih dalam. Tidak cukup hanya mengandalkan mata, ia juga memakai alat-alat pendeteksi.

Namun, seperti hakim yang tetap berpegang pada praduga tak bersalah, redaktur tidak serta-merta menjatuhkan vonis.

Alat pendeteksi hanya pendukung, bukan keputusan akhir.

Meski begitu, tetap ada celah bagi kesalahan. Media besar pun tak luput dari kecolongan.

Ada naskah yang lolos tanpa ketahuan bahwa ia pernah dimuat di tempat lain. Ada puisi yang ternyata plagiat. Ada cerpen yang sepenuhnya ditulis oleh AI, tanpa sentuhan kreativitas manusia.

Baca juga: AI, Orisinalitas, dan Alasan Naskah Ditolak di Majalahelipsis.id

Di sinilah pengetahuan dan pengalaman seorang redaktur menjadi sangat penting. Ia harus bisa membedakan mana naskah yang asli dan mana yang hanya tempelan dari berbagai sumber.

Menjadi redaktur bukan sekadar membaca dan menilai. Ia juga seorang penjaga gawang.

Tugasnya memastikan bahwa karya yang masuk bukan hanya baik, tetapi juga orisinal dan layak baca.

Ia adalah benteng terakhir sebelum sebuah tulisan sampai ke pembaca.

Namun, curiga bukan satu-satunya modal seorang redaktur. Ia juga harus memiliki rasa percaya. Percaya bahwa di luar sana masih banyak penulis jujur yang berusaha sebaik mungkin menyampaikan gagasan dan perasaannya dalam bentuk tulisan.

Ia harus bisa membedakan antara kecurigaan yang sehat dan ketakutan berlebihan.

Sayangnya, banyak penulis (pemula) yang merasa takut mengirimkan naskah mereka ke media massa. Takut ditolak, takut dianggap tidak layak, atau bahkan takut karyanya tidak dibaca sama sekali.

Padahal, seorang redaktur selalu membuka pintu bagi naskah-naskah baru. Ia mencari suara-suara segar, perspektif yang berbeda, dan gagasan yang menggugah.

Ia menanti cerita yang belum pernah diceritakan, puisi yang membawa kesan mendalam, dan esai yang membangun pemikiran baru.

Menulis dan mengirim naskah ke media massa adalah bagian dari proses. Tidak semua naskah akan diterima, tetapi setiap naskah yang ditolak bukan berarti buruk.

Kadang, hanya soal kecocokan. Kadang, hanya soal waktu yang belum tepat. Maka, jangan ragu untuk mencoba lagi.

Seorang redaktur tidak ingin menutup jalan bagi penulis baru. Justru sebaliknya, ia ingin menemukan bakat-bakat baru, membaca kisah-kisah yang belum pernah ia temukan, dan membiarkan dunia mengenal suara-suara baru dalam setiap tulisan.

Jadi, jangan takut mengirimkan naskah. Tulislah dengan jujur, kirim dengan percaya diri, dan biarkan redaktur melakukan tugasnya.

Mungkin tidak semua tulisan akan diterima, tetapi satu hal yang pasti: jika tidak pernah mengirim, maka tulisan itu tidak akan pernah sampai ke pembaca.

Redaktur ada bukan untuk menghalangi, tetapi untuk memastikan bahwa yang terbaiklah yang sampai ke tangan pembaca.

Dan siapa tahu? Naskah yang Anda kirimkan hari ini bisa jadi adalah karya besar yang dinanti-nantikan banyak orang di masa depan. {]

Muhammad Subhan, tim redaksi Majalahelipsis.id.

Gambar ilustrasi diolah oleh Majalahelipsis.id menggunakan Canva.

Ikuti tulisan-tulisan Majalahelipsis.id di media sosial Facebook dan Instagram. Dapatkan juga produk-produk yang diproduksi Sekolah Menulis elipsis seperti hoodie, kaus, atau buku. Khusus pelajar, mahasiswa, dan kalangan umum berstatus pemula yang berminat belajar menulis kreatif dapat mengikuti kelas di Sekolah Menulis elipsis. Hubungi Admin di nomor WhatsApp 0856-3029-582.

Penulis: Muhammad Subhan

Editor: Anita Aisyah

Komentar

1 Komentar

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan