Dari Gaza ke Los Angeles: Luka yang Menganga

Mengakhiri perang dan merawat alam adalah cara kita menghormati kehidupan dalam segala bentuknya.

Oleh Muhammad Subhan

PERANG dan bencana alam adalah dua wajah berbeda dari tragedi yang sama: penderitaan!

Ketika bom meledak di Gaza, membawa kematian dan kehancuran, tidak hanya manusia yang tersapu oleh gelombang kekerasan, tetapi juga makhluk-makhluk kecil yang tak bersuara: burung yang kehilangan sarang, pohon yang terbakar hingga ke akar.

Di sisi lain, api yang melalap hutan, rumah, dan gedung-gedung di Los Angeles menciptakan “neraka kecil” di bumi, menelan rumah-rumah, mengubur harapan, dan membunuh flora serta fauna yang tak berdaya.

Kedua tragedi ini menciptakan luka mendalam yang sulit sembuh.

Perang di Gaza adalah akibat dari penjajahan Zionis yang didukung oleh kekuatan besar seperti Amerika, mengoyak kehidupan rakyat Palestina. Sementara itu, kebakaran di Los Angeles, meski tampak sebagai fenomena alam, sering kali merupakan hasil dari ketidakpedulian manusia terhadap lingkungan dan dipicu oleh perubahan iklim. Kenaikan suhu global, yang disebabkan oleh aktivitas manusia, telah memperburuk kondisi kering dan memperbesar kemungkinan terjadinya kebakaran hutan.

Keduanya membawa trauma, air mata, dan kematian massal yang menggantungkan langit dengan duka yang tak terucapkan.

Namun, di balik semua itu, ada pesan yang perlu kita renungkan: kemanusiaan dan alam harus dihormati. Perang harus diakhiri, bukan hanya demi menyelamatkan nyawa manusia, tetapi juga demi menjaga harmoni dengan makhluk hidup lainnya.

Bencana alam yang terus menghantui kita adalah peringatan agar kita mencintai bumi lebih dalam. Dengan menghargai alam, kita menciptakan masa depan yang lebih baik dan kehidupan yang lebih panjang.

Sejenak, marilah kita masuk ke dalam diri, duduk di bilik permenungan, mendengarkan jeritan bumi dan tangisan makhluk-makhluk yang terpinggirkan. Kita harus mengingat bahwa bumi ini bukan hanya milik kita sebagai manusia, tetapi juga rumah bagi semua makhluk yang mendiaminya.

Mengakhiri perang dan merawat alam adalah cara kita menghormati kehidupan dalam segala bentuknya.

Biarlah cinta dan kepedulian menjadi cahaya yang membimbing kita menuju dunia yang lebih damai dan penuh harapan.

Sesungguhnya, tragedi yang membalut bumi ini adalah cerminan dari keegoisan—atau lebih tepatnya kesombongan—manusia yang sering kali lupa bahwa mereka hidup berdampingan dengan makhluk lain. Setiap peluru dan bom yang meledak di medan perang, setiap pohon yang tumbang dalam kebakaran hutan, adalah pengingat akan harga mahal dari keserakahan dan ketidaksadaran kita. Kita sering kali mengabaikan panggilan alam yang memohon untuk dirawat dan dipelihara. Tak jarang pula, sebab serakah, atas nama pembangunan, hutan dirambah. Sementara hutan adalah rumah bagi kehidupan makhluk lain.

Kita perlu memahami bahwa perdamaian bukan hanya tentang menghentikan peperangan, tetapi juga tentang menciptakan keseimbangan dengan alam. Bumi adalah satu-satunya rumah kita, dan jika kita tidak merawatnya, kita akan kehilangan segalanya. Oleh karena itu, langkah kecil seperti mengurangi penggunaan plastik, menanam pohon, dan mendukung konservasi alam adalah tindakan nyata yang dapat membawa perubahan besar.

Selain itu, pendidikan juga memainkan peran penting dalam membentuk kesadaran generasi mendatang. Mengajarkan anak-anak tentang pentingnya perdamaian dan pelestarian lingkungan sejak dini akan menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dan cinta alam yang mendalam. Mereka adalah harapan kita untuk masa depan yang lebih baik.

Kita juga harus mengingat bahwa tragedi tidak mengenal batas. Apa yang terjadi di Gaza atau Los Angeles bisa terjadi di tempat lain—bahkan di daerah di mana kita bertempat tinggal, kini. Solidaritas global dan kerja sama antarbangsa diperlukan untuk menghadapi tantangan besar ini. Bersama-sama, kita dapat menciptakan dunia yang lebih adil dan berkelanjutan.

Marilah menjadi penjaga bumi yang bijak, yang tidak hanya hidup untuk hari ini, tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Dengan mencintai sesama dan alam, kita bisa mengubah tragedi menjadi harapan, dan duka menjadi kebahagiaan yang abadi.

Dalam setiap langkah yang kita ambil, mari kita ingat bahwa setiap tindakan kecil memiliki dampak besar. Ketika kita memilih untuk tidak membuang sampah sembarangan, kita melindungi sungai dan laut dari polusi. Ketika kita memilih untuk menggunakan transportasi ramah lingkungan, kita mengurangi jejak karbon dan membantu menurunkan suhu bumi. Ketika kita menanam satu pohon, kita memberikan kehidupan baru bagi bumi dan makhluk-makhluk yang bergantung padanya.

Kita juga harus mendorong dialog yang lebih luas tentang perdamaian dan keberlanjutan, baik di dalam keluarga, komunitas, maupun di panggung global. Hanya dengan bekerja bersama, kita bisa mengatasi tantangan besar yang kita hadapi. Dan dalam kerja sama itu, kita menemukan kekuatan yang luar biasa untuk menciptakan perubahan positif.

Biarlah setiap tragedi yang kita alami menjadi pelajaran berharga yang mengingatkan kita akan tanggung jawab sebagai manusia: penjaga bumi. Dengan hati yang penuh kasih dan tindakan yang berkelanjutan, kita dapat mewariskan dunia yang lebih baik bagi anak cucu di masa depan. Sebuah dunia di mana perdamaian dan harmoni dengan alam bukanlah impian, tetapi kenyataan yang kita ciptakan bersama. Sebab, kita ingin hidup lebih lama. []

Muhammad Subhan, penulis, pegiat literasi, founder Sekolah Menulis elipsis, menetap di pinggir Kota Padang Panjang.

Penulis: Muhammad Subhan

Editor: Ayu K. Ardi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan