Dari Buku ke Aksi: Literasi Turatea Didorong Jadi Motor Kemajuan Jeneponto
Budaya literasi yang kuat diyakini mampu mendorong kemajuan daerah dan mencegah kemiskinan.

JENEPONTO, Majalahelipsis.id — Dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun ke-162 Kabupaten Jeneponto, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Jeneponto menggelar Diskusi dan Bedah Buku konten lokal bertajuk “Pernak-Pernik Pemikat Hati Budaya Turatea” (P3HBT), Selasa (29/4/2025), bertempat di halaman Kantor Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Jeneponto.
Kegiatan ini dibuka langsung oleh Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Jeneponto, Nur Alim Basir.
Kegiatan bedah buku ini menjadi bagian dari perayaan HUT Kabupaten Jeneponto ke-162 yang jatuh pada Kamis, 1 Mei 2025. Acara ini dihadiri oleh pustakawan sekolah, pegiat literasi, pengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM), dan sejumlah tokoh masyarakat.
Diskusi menghadirkan dua narasumber utama, yakni Tokoh Literasi dan penulis nasional Bachtiar Adnan Kusuma (BAK), yang juga penulis buku Pernak-Pernik Pemikat Hati Budaya Turatea, serta Aldy Saputra, penulis buku Jeneponto Abad 20. Diskusi dipandu oleh Haerullah Lodjik.
Bachtiar Adnan Kusuma mengurai isi bukunya secara menarik dan penuh semangat. Ia mengawali dengan menyatakan bahwa dirinya lebih setuju jika istilah “bedah buku” diganti dengan “diskusi buku,” karena menurutnya istilah tersebut lebih produktif dan inklusif.
Penulis ratusan buku bergenre biografi tokoh nasional dan lokal serta buku-buku literasi ini menyampaikan pemikirannya dengan gaya yang energik, serius namun santai. Menurut BAK, buku Pernak-Pernik Pemikat Hati Budaya Turatea merupakan promosi konten lokal dan kearifan budaya Turatea yang ditulis dengan gaya esai yang santai dan eksotis.
Menurut BAK, kehadiran buku-buku bertema budaya dan kearifan lokal harus dibarengi dengan aksi nyata, tidak hanya berhenti pada wacana dan diksi. Ia mencontohkan kegiatan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Jeneponto yang menyelenggarakan diskusi buku sebagai langkah konkret untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) dan Tingkat Kegemaran Membaca (TGM).
Sejak masa kepemimpinan Iksan–Paris dan dilanjutkan Paris–Islam, kedua indikator ini menunjukkan kemajuan signifikan. “Kita patut bersyukur karena IPLM Kabupaten Jeneponto tahun 2024 berada di angka 77,56 dan TGM di angka 70,03,” ujar BAK.
BAK meyakini bahwa hanya dengan penguatan budaya literasi yang tinggi, Kabupaten Jeneponto bisa sejajar dengan kabupaten/kota lain di Sulawesi Selatan. Penguatan literasi ini, tambahnya, juga dapat menjadi salah satu cara untuk mencegah kemiskinan.
Dalam penjelasannya, BAK menyebutkan filosofi ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-driven economy) sebagai landasan bahwa literasi yang tinggi mampu memberikan efek kesejahteraan bagi masyarakat. Ia mengutip Sir Francis Bacon yang mengatakan, “Pengetahuan adalah kekuatan,” dan Pennebaker, seorang psikolog terkemuka dari Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa membaca dan menulis tidak bisa dipisahkan.
Lalu, bagaimana literasi bisa mengatasi kemiskinan? Menurut BAK, penguatan budaya literasi tinggi akan berdampak langsung pada peningkatan ekonomi dan kualitas tenaga kerja.
Para pekerja dengan tingkat literasi rendah cenderung memiliki penghasilan 30–42% lebih rendah dibandingkan mereka yang memiliki kemampuan literasi yang baik.
“Dalam dunia kerja, kemampuan literasi yang baik memberi efek terhadap kinerja dan kesejahteraan seseorang,” tegas BAK.
“Kemajuan sebuah daerah sangat ditentukan oleh kemajuan literasi konten budaya lokalnya, serta budaya membaca dan menulis yang tinggi,” tambahnya.
Sementara itu, Aldy Saputra memperkenalkan sejarah dan budaya Jeneponto melalui karyanya Jeneponto di Abad 20, yang memberikan sudut pandang historis mengenai perkembangan daerah tersebut.
Diskusi berlangsung dinamis. Para peserta dengan antusias mengajukan pertanyaan, khususnya kepada Bachtiar Adnan Kusuma, mengenai kiat sukses membaca dan menulis buku. Di akhir sesi, BAK menyerahkan buku karya yang ditulis dan disuntingnya kepada beberapa perwakilan peserta diskusi dan bedah buku.
Penulis: Abi Pasya
Editor: Muhammad Subhan