“Beton Sakti”, Film Kolaborasi Jerman-Aceh Diputar Perdana di ISBI Aceh
Film berdurasi 8 menit 50 detik ini bukanlah produksi komersial dengan peralatan canggih, melainkan karya berbasis eksperimen visual yang mengangkat konsep “peugah haba”, sebuah tradisi lisan Aceh.

JANTHO, Majalahelipsis.id – Film eksperimental Beton Sakti, hasil kolaborasi antara sineas Jerman dan seniman Aceh, resmi diputar perdana di Auditorium ISBI Aceh dalam program Bioskop Kampus yang digagas oleh Program Studi Seni Teater, Rabu (26/2/2025).
Film ini merupakan hasil dari kelas kolaborasi internasional yang menghadirkan sineas Alfred Banze dari Jerman serta seniman dan aktor teater nasional Agus Nur Amal.
Kegiatan ini menjadi pengalaman langsung bagi mahasiswa ISBI Aceh dalam memahami seni peran, baik di atas panggung maupun di media audiovisual.
Baca juga: April 2025, Kuflet Roadshow Literasi Kunjungi 11 Kota di Provinsi Aceh
“Mahasiswa harus siap menghadapi tantangan industri kreatif. Mereka tidak hanya belajar akting di panggung, tetapi juga di medium lain seperti film dan konten digital,” ujar Dr. Teuku Afifuddin, M.Sn., Koordinator Prodi Seni Teater ISBI Aceh.
Konsep Tradisi Lisan
Film berdurasi 8 menit 50 detik ini bukanlah produksi komersial dengan peralatan canggih, melainkan karya berbasis eksperimen visual yang mengangkat konsep peugah haba, sebuah tradisi lisan Aceh.
“Film ini sepenuhnya lahir dari pengamatan langsung terhadap lingkungan sekitar, tanpa naskah tertulis di awal. Improvisasi menjadi kekuatan utama,” jelas Alfred Banze.
Baca juga: Laksamana Malahayati, Simbol Kejayaan Maritim Aceh dan Peran Perempuan di Kancah Dunia
Dengan hanya satu kamera, Alfred mampu menangkap gambar-gambar estetis dari latar kampus ISBI Aceh dan perkebunan di Jantho Lama.
Ia menegaskan bahwa kreativitas tidak bergantung pada fasilitas mewah, melainkan pada gagasan dan disiplin dalam berkarya.
Seniman Agus Nur Amal turut menekankan pentingnya keikhlasan dalam berkesenian, baik dalam belajar, mencipta, maupun berbagi.
Kolaborasi Tanpa Batas
Uniknya, baik Alfred Banze maupun Agus Nur Amal datang ke ISBI Aceh dengan biaya sendiri, termasuk transportasi, penginapan, dan konsumsi pribadi.
Baca juga: “Dua Dekade Tsunami Aceh” di Padang Panjang: Mengingat Duka, Menumbuhkan Harapan
“Kami dari prodi hanya memfasilitasi tempat dan konsumsi selama kegiatan. Ini bukti bahwa seni bukan sekadar soal materi, tetapi juga soal estetika dan dedikasi,” tambah Afifuddin.
Program kelas kolaborasi ini merupakan bagian dari kerja sama antara ISBI Aceh dan Camping Akademie e.V. dari Jerman, serta diharapkan terus berlangsung di masa depan.
“Kami berharap prodi lain di ISBI Aceh juga mengadopsi model pembelajaran langsung dari praktisi seperti ini,” ujar Dr. Ratri Candrasari, M.Pd., Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan.
Ditambahkan, dengan pemutaran perdana ini, Beton Sakti tidak hanya menjadi film eksperimental, tetapi juga bukti bahwa seni mampu menyatukan lintas budaya dan membuka wawasan mahasiswa terhadap dunia industri kreatif global. (*/rls)
Ikuti tulisan-tulisan Majalahelipsis.id di media sosial Facebook dan Instagram. Dapatkan juga produk-produk yang diproduksi Sekolah Menulis elipsis seperti hoodie, kaus, atau buku. Khusus pelajar, mahasiswa, dan kalangan umum berstatus pemula yang berminat belajar menulis kreatif dapat mengikuti kelas di Sekolah Menulis elipsis. Hubungi Admin di nomor WhatsApp 0856-3029-582.
Penulis: Abi Pasya
Editor: Muhammad Subhan
-
Ping-balik: Bahasa dan Kebudayaan, Bagaimana Nasib Bahasa Aceh? - Majalahelipsis.id